PERAYAAN PASKAH &
HARI KARTINI
Kesetaraan Gender,
perjuangan bersama laki- laki dan perempuan
Oleh: Ray Adrian Purba
Ada yang menarik pada
perayaan Paskah tahun ini, yang bersamaan dengan peringatan Hari Kartini yang
merupakan salah satu tokoh kebangkitan Perempuan di Indonesia.
Dikisahkan pada Injil
Lukas, orang2 pertama yang datang ke kubur Yesus adalah kaum perempuan. Mereka
adalah orang-orang yang pertama kali melihat kubur telah kosong dan kemudian
menceritakannya kepada para murid.
Dalam kebudayaan Orang
Yahudi pada masa itu, Perempuan tidak dianggap sebagai manusia seutuhnya.
Kebudayaan Patriarki yang sedemikian ketatnya, bahkan membuat perempuan tidak
dapat dianggap sebagai saksi dan memberikan kesaksian, tidak dapat menjadi
imam, bukan menjadi ahli waris utama, dianggap Najis pada periode proses
biologis tertentu, dan lain sebagainya.
Hal ini terlihat kembali
pada Kisah kebangkitan Yesus yang dikisahkan pada Injil Lukas. Ketika
perempuan- perempuan itu kembali dari kubur dan menceritakan kesaksian mereka
tentang Kubur yang telah kosong, para Murid tidak percaya dan menganggap apa
yang disaksikan oleh para perempuan itu adalah omong kosong dan tidak dapat
dipercaya.
"Dan setelah mereka
kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid
dan kepada semua saudara yang lain. Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari
Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga
yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul. Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu
seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan
itu."
(Lukas 24:9-11)
Dalam kejadian ini kita
diperlihatkan bahwa "perempuan" yang pada saat itu mengemban posisi
gender yang lemah, dipakai Tuhan sebagai orang-orang pertama yang menjadi saksi
atas kebangkitanNya.
Ini menunjukkan bahwa
Yesus yang telah bangkit menempatkan perempuan dalam posisi yang penting,
strategis, dan mulia.
Melalui momen ini
mengingatkan kita bahwa Yesus berkehendak menempatkan perempuan dalam posisi
yang setara dengan laki-laki, dan Tuhan tidak memandang remeh / rendah
perempuan.
Hari ini, 21 April adalah
hari yang bertepatan dengan kelahiran R.A. Kartini, pejuang kesetaraan gender
di Indonesia. Kebudayaan nenek moyang
Nusantara, khususnya Jawa pada saat itu juga meletakkan perempuan sebagai
posisi yang tidak setara dengan laki-laki. Perempuan memiliki batasan- batasan
tertentu dalam menjalankan hidup, misalnya untuk memperoleh pendidikan,
mengekspresikan diri, bekerja dan memperoleh pendapatan, dan lain sebagainya.
Namun, dalam situasi yang seperti itu, R.A. Kartini memberikan teladan melalui
perjuangannya dalam memperjuangkan hak- hak perempuan. Hingga tiba pada saat
sekarang ini, kesetaraan gender dan perlindungan hak-hak perempuan terus
diperjuangkan.
Kesetaraan Gender dan
Perlindungan hak-hak perempuan tidak hanya dapat diperjuangkan oleh kaum
perempuan saja.
Kesetaraan gender harus
diperjuangkan bersama- sama dengan kaum pria. Perlu adanya pula usaha Reformasi
maskulinitas, yaitu usaha untuk menempatkan kaum pria setara dengan
pekerjaan-pekerjaan yang selama ini diidentifikasi sebagai pekerjaan perempuan
saja. Misalnya, merawat anak, membereskan rumah, dll. Dengan demikian, akan
lebih mudah terwujud sebuah kesetaraan gender yang seutuhnya, bukan malah
kesetaraan semu yang dimana malah membebankan perempuan yang di satu sisi
dituntut untuk bekerja dan "setara" dengan laki-laki, namun di satu
sisi masih dibebankan dengan kewajiban pokok dan mutlak nya sebagai perempuan,
yaitu mengurus rumah, anak, dan suami.
Usaha dan inisiatif dari
kedua belah pihak untuk kesetaraan gender adalah suatu keharusan, agar
kesataraan yang dimaksud tidak lagi menjadi impian yang semu. Apalagi, salah
satu permasalahan gender saat ini adalah mengenai pelecehan dan kekerasan
seksual yang mayoritas dilakukan terhadap perempuan dan anak.
Semoga kesetaraan gender yang
seutuhnya dapat segera kita wujudkan. Jayalah Perempuan !