Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Sunday, April 21, 2019

Kesetaraan Gender, perjuangan bersama laki- laki dan perempuan


PERAYAAN PASKAH & HARI KARTINI

Kesetaraan Gender, perjuangan bersama laki- laki dan perempuan

Oleh: Ray Adrian Purba


Ada yang menarik pada perayaan Paskah tahun ini, yang bersamaan dengan peringatan Hari Kartini yang merupakan salah satu tokoh kebangkitan Perempuan di Indonesia.

Dikisahkan pada Injil Lukas, orang2 pertama yang datang ke kubur Yesus adalah kaum perempuan. Mereka adalah orang-orang yang pertama kali melihat kubur telah kosong dan kemudian menceritakannya kepada para murid.

Dalam kebudayaan Orang Yahudi pada masa itu, Perempuan tidak dianggap sebagai manusia seutuhnya. Kebudayaan Patriarki yang sedemikian ketatnya, bahkan membuat perempuan tidak dapat dianggap sebagai saksi dan memberikan kesaksian, tidak dapat menjadi imam, bukan menjadi ahli waris utama, dianggap Najis pada periode proses biologis tertentu, dan lain sebagainya.

Hal ini terlihat kembali pada Kisah kebangkitan Yesus yang dikisahkan pada Injil Lukas. Ketika perempuan- perempuan itu kembali dari kubur dan menceritakan kesaksian mereka tentang Kubur yang telah kosong, para Murid tidak percaya dan menganggap apa yang disaksikan oleh para perempuan itu adalah omong kosong dan tidak dapat dipercaya.

"Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul.  Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu."
(Lukas 24:9-11)

Dalam kejadian ini kita diperlihatkan bahwa "perempuan" yang pada saat itu mengemban posisi gender yang lemah, dipakai Tuhan sebagai orang-orang pertama yang menjadi saksi atas kebangkitanNya.
Ini menunjukkan bahwa Yesus yang telah bangkit menempatkan perempuan dalam posisi yang penting, strategis, dan mulia.

Melalui momen ini mengingatkan kita bahwa Yesus berkehendak menempatkan perempuan dalam posisi yang setara dengan laki-laki, dan Tuhan tidak memandang remeh / rendah perempuan.

Hari ini, 21 April adalah hari yang bertepatan dengan kelahiran R.A. Kartini, pejuang kesetaraan gender di Indonesia. Kebudayaan  nenek moyang Nusantara, khususnya Jawa pada saat itu juga meletakkan perempuan sebagai posisi yang tidak setara dengan laki-laki. Perempuan memiliki batasan- batasan tertentu dalam menjalankan hidup, misalnya untuk memperoleh pendidikan, mengekspresikan diri, bekerja dan memperoleh pendapatan, dan lain sebagainya. Namun, dalam situasi yang seperti itu, R.A. Kartini memberikan teladan melalui perjuangannya dalam memperjuangkan hak- hak perempuan. Hingga tiba pada saat sekarang ini, kesetaraan gender dan perlindungan hak-hak perempuan terus diperjuangkan.

Kesetaraan Gender dan Perlindungan hak-hak perempuan tidak hanya dapat diperjuangkan oleh kaum perempuan saja.
Kesetaraan gender harus diperjuangkan bersama- sama dengan kaum pria. Perlu adanya pula usaha Reformasi maskulinitas, yaitu usaha untuk menempatkan kaum pria setara dengan pekerjaan-pekerjaan yang selama ini diidentifikasi sebagai pekerjaan perempuan saja. Misalnya, merawat anak, membereskan rumah, dll. Dengan demikian, akan lebih mudah terwujud sebuah kesetaraan gender yang seutuhnya, bukan malah kesetaraan semu yang dimana malah membebankan perempuan yang di satu sisi dituntut untuk bekerja dan "setara" dengan laki-laki, namun di satu sisi masih dibebankan dengan kewajiban pokok dan mutlak nya sebagai perempuan, yaitu mengurus rumah, anak, dan suami.

Usaha dan inisiatif dari kedua belah pihak untuk kesetaraan gender adalah suatu keharusan, agar kesataraan yang dimaksud tidak lagi menjadi impian yang semu. Apalagi, salah satu permasalahan gender saat ini adalah mengenai pelecehan dan kekerasan seksual yang mayoritas dilakukan terhadap perempuan dan anak.

Semoga kesetaraan gender yang seutuhnya dapat segera kita wujudkan. Jayalah Perempuan !

Tuhan telah merancangkan skenario hebat dalam hidup kita


Tuhan telah merancangkan skenario hebat dalam hidup kita

Oleh:
Bonifasius Samongan Uot
 (Kader GMKI Cabang Yogyakarta)


Mungkin kita pernah mendengar peribahasa “keledai tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya”. Artinya orang bodoh tidak akan berbuat kesalahan yang sama. Kalimat ini berarti bahwa keledai sendiri belajar dari pengalaman. Pengalaman hidup yang dapat dilihat pada masa lampau. Saya rasa disinilah kita perlu belajar dari keledai, yang senantiasa belajar dari pengalaman. Tapi kenyataannya, berapa sering kita jatuh ke dalam lubang sama? Kerap kali kita mudah jatuh mengulangi kesalahan yang pernah kita perbuat sebelumnya, dan biasanya kita lakukan tanpa sadar.
Menyesal sih, tapi jatuh lagi, begitu berulang. Biasanya kita mengarah kepada sifat atau kebiasaan yang sepertinya sulit untuk kita rubah. Itulah saya, Anda dan kita semua. Namun Saya mau mengatakan bahwa hidup yang kita jalani pasti tidak terlepas dari iman, pengharapan, dan terima kasih. Siapa pun manusia itu, pasti harus memiliki iman atau kepercayaan kepada Allah. Tentu kesadaran memegang peranan penting agar kita tidak terus-menerus jatuh ke dalam jebakan yang sama.
Contohnya ketika kita melihat sebuah film yang berjudul the case of Christ, semakin seru konflik yang terjadi maka film itu akan semakin menarik. Jika adegan dalam film tersebut biasa-biasa saja, maka film tersebut akan kurang diminati. Di balik sebuah film yang hebat, tentu ada penulis skenario yang hebat pula. Begitu pula dengan hidup kita. Bila hidup kita ingin menjadi berkualitas, maka kita harus bisa berserah kepada Tuhan. Dia telah merancangkan skenario yang hebat dalam hidup kita dan Ia menunggu waktu di mana kita berbalik serta mengandalkan-Nya.
Saat kita menjalani skenario Tuhan, pastilah akan terjadi hal-hal yang menyakitkan bagi diri kita sendiri. Terkadang kita dituntut untuk tetap mengasihi walau kita terluka, kita harus tetap memberi walau berada di dalam kekurangan, dan kita harus tetap mengampuni walau dikecewakan berkali-kali. Tuhan ingin kita menjadi hebat dalam segala kebaikan. Tuhan ingin kita menjadi tak terkalahkan dalam hal mengasihi. Dan Tuhan ingin menjadikan kita sebagai saluran berkat dengan tetap memberi bagi sesama. Saluran berkat yang alirannya tak pernah kering dalam hidup kita. Sebagaimana tersurat dalam Kitab Suci “Barangsiapa yang percaya kepada-Ku, dalam hatinya akan terpancar mata air yang memberi hidup” (Yohanes 7:38).
Semua karena kasih Tuhan. Tidak ada yang lebih melegahkan selain berserah. Berserah bukan berarti berputus asa. Berserah adalah mengandalkan Tuhan dengan tetap berjalan dalam kehendak-Nya. Di dalam berserah, maka kita mempercayakan hidup untuk dikendalikan oleh Tuhan. Saat kita mengandalkan kekuatan diri sendiri dan menemui kegagalan, kita akan merasakan kekecewaan. Namun saat Tuhan yang pegang kendali, sekalipun rencana kita gagal, Tuhan akan menggantinya dengan rencana-Nya yang lebih baik. Seperti tertulis dalam Kitab Suci “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Artinya adalah tuhan telah membuat kerajaan kasih, kebenaran dan kedamaian dalam dunia ini, yaitu kerajaan keselamatan. Ketika Tuhan berbicara demiakian, berarti Tuhan sedang meminta kepada kita untuk membuat Dia dan pelayanan kepada-Nya menjadi perhatian yang tertinggi. Jika kita mau menyerahkan diri kita untuk melayani Allah, maka Dia akan melengkapi keperluan kita.
Sekarang yang menjadi pertanyaan buat kita sebagai anggota GMKI adalah bagaimana skenario kita menghadirkan Shaloom Allah ditengah-tengah lingkungan Masyarakat, Perguruan Tinggi dan Gereja. Kiranya Tuhan memberikan jalan keluar untuk pergumulan kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Ut Omnes Unum Sint!