Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Friday, November 17, 2017

Ada ataupun Hilang, Dia Tetap Berharga

Materi PA oleh: Mike Makahenggang
Kamis, 16 November 2017

Bacaan: Lukas 15:1-10

Pengantar
Setiap orang pernah mengalami kehilangan, namun menjadi persoalannya adalah ketika terus menganggap bahwa biarkanlah yang sudah hilang biarlah hilang, toh akan temukan lagi yang baru!! Jika itu menjadi paham kita akan menjadi pribadi yang kurang menghargai apa yang kita miliki serta apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Dalam ajaran Buddhisme, segala sesuatu di dunia ini tidak kekal maka yang kita punya saat ini perlu dihargai dan pergunakan sebaik-baiknya. Kehilangan siapa diri kita yang sebenarnya sebagai ciptaan yang baik karena pengaruh dari luar, inilah yang menjadi persoalan bagi pribadi itu dan Tuhan.

Konteks Bacaan
Dalam kitab injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes memiliki isi yang hampir sama tetapi juga berbeda dari segi bahasa dan penempatan tempat. Kembali perlu diingat bahwa dari masing-masing penulis yang menulis injil ini memiliki latar belakang dan konteks sasaran pembaca yang berbeda-beda, dan dalam hal ini kita akan membahas tentang injil Lukas maka marilah kita lebih fokus kepada injil Lukas. Lukas menulis injil dengan fokus pembacanya adalah kepada masyarakat pada waktu itu. Injil Lukas menjadi salah satu injil yang membahas sangat mendalam kisah Yesus dari awal sampai kenaikan. Karena fokus utama Lukas adalah memberikan gambaran tentang perjalanan Yesus kepada orang-orang yang 'belum atau tidak' mengenal Yesus secara jelas (1).
Bacaan kita malam ini akan membahas tentang perumpamaan yang digunakan Yesus untuk murid-muridNya, yaitu perumpamaan tentang domba yang hilang dan perumpamaan tentang dirham yang gilang. Dalam bacaan ini, Yesus bukan tanpa sebab membahas tentang perumpamaan, karena dapat diperhatikan dalam pasal-pasal selanjutnya Yesus masih menggunakan cerita perumpamaan. Nampaknya, Yesus sudah mulai mempersiapkan orang-orang disekitarNya akan hari 'kepergiaanNya'. Yesus merasa bahwa karena Dia tidak selamanya dapat bersama mereka dan mengajarkan tentang kebaikan, maka Dia mempersiapkan murid-muridNya untuk hari kedepannya ketika Dia sudah tidak bersama mereka. (ayat 1) menggambarkan kondisi yang sedang terjadi pada saat itu, yang dimana orang-orang yang berkumpul dengan Yesus tidak seperti biasanya yang terjadi ketika ahli-ahli taurat membaca kitab taurat. Orang-orang yang 'tidak pantas' yang sebaliknya mengerumuni Yesus. Menurut masyarakat zaman itu orang yang disebut berdosa bukan hanya karena mereka yang suka melakukan kesalahan tetapi orang miskin pun dianggap orang berdosa dan juga orang sakit dianggap orang berdosa. (ayat 2) menjelaskan betapa marahnya, jengkel dan kecewanya orang farisi dan ahli taurat atas sikap Yesus yang mau untuk duduk bersama para pendosa. (mari kita mengenal siapa yang disebut orang farisi dan ahli taurat) (2). Orang farisi adalah pemimpin spiritual Yahudi. Kaum farisi adalah perkembangan dari kelompok hadisim atau kelompok yang menganggap diri mereka sebagai orang beragama yang saleh orang atau kelompok yang mengatakan mereka adalah orang suci, orang yang dikenal suka memamerkan kehidupan iman mereka. Kelompok farisi ini yang sering melakukan doa di jalan-jalan raya agar dilihat orang. Dan selalu merasa suci sehingga tidak membuka diri untuk bergaul dengan orang yang 'tidak suci'. Ahli taurat adalah para pakar dalam hukum taurat yang menerangkan hukum taurat itu sendiri bagi agama yahudi. Ahli taurat tertugas menyusun peraturan dan ketentuan untuk setiap situasi keagamaan yahudi, dan memberikan khitbah-khotbah di sinagoge (3). Kekecewaan yang dirasakan oleh kaum farisi dan ahli taurat adalah sikap Yesus yang membuka diri untuk bergaul dengan orang-orang yang berbuat dosa tersebut. Mereka merasa bahwa apabila Yesus benar-benar utusan Allah maka seharusnya Yesus tidak harus bergaul dengan orang-orang tersebut. (ayat 3) Yesus menjawab kekesalan mereka dengan 2 perumpamaan yang membingungkan tetapi kaya akan makna. Perumpamaan ini ingin menunjukkan bahwa baik kaum farisi, ahli taurat maupun orang yang dianggap berdosa ini mereka sama-sama penting di hadapan Allah. (ayat 4-10) Yesus mulai menjabarkan 2 perumpamaan yang sama-sama menceritakan tentang sesuatu yang hilang itu tetap berharga maka patut untuk ditemukan kembali. Domba yang jumlah ada 100 ekor tiba-tiba hilang 1, telah memberikan kesedihan dihati sang gembala. Maka yang harus dilakukan oleh sang gembala adalah mengamankan 99 ekor yang ada, kemudian pergi untuk mencari 1 yang hilang itu, begitu juga dengan perempuan yang memiliki 10 dirham dan tiba-tiba hilang 1, dia akan membongkar seisi rumahnya untuk mencari yang hilang itu (dirham adalah mata uang perah yunani). Yang kemudian menjadi pertanyaan bagi orang pada saat itu dan juga kita saat ini (semoga seperti itu) bahwa apakah 99 ini tidak begitu berharga sehingga sang gembala menjadi sedih dan pergi mencari 1 yang hilang itu? Atau apakah 9 dirham itu tidak penting sehingga hanya fokus pada 1 dirham yang hilang?
Bukankah ada ungkapan yang mengatakan yang sudah hilang, biarkanlah, dan marilah fokus pada hal yang baru, nampaknya Yesus tidak setuju dengan ungkapan itu (mungkin).

Konteks Saat Ini
Berbicara tentang kehilangan, pastilah setiap orang pernah mengalami itu. Perlu diingat bahwa ada 2 macam kehilangan yang sering dialami manusia; kehilangan secara alamiah salah satu contohnya kematian, atau pasangan yang tidak jodoh, peristiwa ini harus perlahan-lahan diterima, atau kehilangan yang tidak alamiah yakni karena ada pengaruh faktor lain yang itu dapat ditemukan kembali dengan usaha keras contohnya kehilangan barang berharga karena lupa atau kerampokan dan yang cukup memprihatinkan adalah kehilangan jati dirinya. Namun seringkali manusia zaman now menyamaratakan antar kehilangan yang alamiah dan yang tidak alamiah. Kita sering memaksakan kehendak karena belum siap pasangan kita diambil orang yang membuat kita melakukan hal-hal yang tidak terpuji, namun ketika kehilangan jati diri kita, kita menganggap bahwa itu biasa saja dan saya sudah gagal tidak dapat bangkit kembali. Yesus dalam ungkapan perumpamaan ini ingin menjelaskan dan mengingatkan kepada setiap kita bahwa menjadi manusia yang kristis dan mempertahankan apa yang kita miliki merupakan hal yang penting. Yang dimaksud dengan apa yang dimiliki adalah ciptaan yang baik yang Allah ciptakan itu adalah baik sejak semula maka akan tetap baik sampai pada akhirnya dia akan kembali kepada Sang Bapa. Manusia siapa yang tidak berdoa tetapi itu bukan akhir dari segalanya, akrena pada akhirnya Allah akan melihat adalah apakah dia sungguh-sungguh ingin kembali kepada Allah dengan kehidupan yang sempurna.

Untuk Direfleksikan
Jika Yesus mengatakan bahwa seluruh malaikan di sorga akan berbahagia ketika yang hilang kenbali pulang, maka itu seharusnya memberikan peluang bagi setiap kita untuk mencari "bagian kita" yang hilang.
Mungkin kejujuran yang kita miliki mulai hilang karena pengaruh lingkungan, maka usahakanlah untuk temukan kembali.
Mungkin relasi kita dengan Tuhan mulai berkurang karena kesibukan kerja dan kuliah, mari bangun kembali.
Mungkin relasi kita sudah mulai renggang dengan orang tua karena tidak ada waktu komunikasi, maka carilah dan hidupkan lagi.
Mungkin rasa tanggung jawab kita yang mulai berkurang untuk jabatan yang kita miliki mulai terbengkalai, marilah temukan lagi semangan yang dulu.
Mungkin janji kita untuk GMKI dengan visi misi yang baik mulai terkikis, temukan kembali semangat itu dan lakukan yang terbaik, karena apa yang hilang juga sama berharganya dengan yang masih kita miliki ini, seperti yang Yesus katakan bahwa isi sorga akan bersukacita apabila yang hilang itu ditemukan. Hidup kita akan bersinar atau bermanfaat ketika kita tetap menjadi manusia-manusia yang setia pada yang sudah Tuhan percayakan pada kita tentang anugerah-anugerah yang baik, jagalah itu dan jangan nodai ataupun hilangkan (seperti lirik lagu).

Pertanyaan Refleksi

  1. Pernahkah teman-teman mengalami kehilangan sesuatu yang sangat berharga tetapi belum ditemukan kembali, padahal kalau dicari mungkin masih bisa ditemukan?
  2. Pernahkah mengalami kehilangan motivasi hidup? Ataukah pernah mengalami kebuntuhan untuk melakukan sesuatu?
  3. Apakah semangat awal anda dalam hidup dan belajar di GMKI masih sama dari awal sampai sekarang? Kalau iya, mengapa? Kalau tidak, mengapa?


----------
(1) Willi Marxsen, "Pengantar Perjanjian Baru", Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002. (hal. 186)
(2) Bergant, dkk, "Taksir Alkitab Perjanjian Baru", Yogyakarta: Kanisius, 2002. (hal. 142)
(3) Alkitab edisi studi, Jakarta: LAI

Monday, November 13, 2017

Refleksi Kritis Filosofis Sumpah Pemuda pada Era Kontemporer

Refleksi Kritis Filosofis Sumpah Pemuda pada Era Kontemporer
Oleh: Cristian Febrianto Harianja (Sekfung Pendidikan Kader BPC GMKI Cab. Yogyakarta Masa Bakti 2016-2018)

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Tanggal 28 November adalah sebuah peringatan yang mungkin semua masyarakat Indonesia sudah mengetahuinya. Pada tanggal itu di Jakarta telah terjadi sebuah pergerakan persatuan pemuda Nusantara yang menginkan adanya persatuan. Pergerakan tersebut dilaksanakan oleh berbagai organisasi pemuda dari berbagai suku bangsa yang terdapat di bumi Nusantara ini. Pemuda dengan semua semangat juangnya terus mewarnai tiap aktivitas persatuan demi terwujudnya tanah air yang satu, bangsa yang satu, dan adanya bahasa persatuan.
Sumpah yang telah dilaksanakan pada 89 tahun yang lalu ini, sudah menjadi darah dan daging tiap masyarakat Indonesia. Pada saat itu perjuangan pergerakan Sumpah Pemuda adalah sebagai alat untuk melawan kolonialisme. Pada zaman kolonial hal yang menarik sebagai alat kolonialnya adalah perpecahan antar lini suku bangsa. Oleh sebab itu pihak kolonial dalam hal ini adalah Belanda yang saat itu menjejah Nusantara, memakai politik adu dombanya untuk terus memecah belah suku dan bangsa yang ada di Nusantara. Alat perpecahan antara suku bangsa itu menjadi politik Belanda yang sangat ampuh, untuk tetap eksis di dalam koloninya. Hal ini terbukti Belanda mampu menjejah selama 350 tahun lamanya. Menurut saya ini adalah suatu landasan fundamental terjadinya pergerakan dan persatuan ini. Pemuda yang terdiri dari berbagai organisasi yaitu: Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, dan Pemuda Kaum Betawi. Mereka semua yang terdiri dalam organisasi tersebut adalah, pencetus rasa persatuan yang ada di dalam diri tiap pemuda dan terkhususnya mulai adanya rasa persatuan ditiap suku bangsa.
Di dalam NKRI terdapat beragam suku bangsa dan etnis. Menurut sensus Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, terdapat 1.340 suku bangsa yang mendiami NKRI. Suku bangsa tersebut tersebar di dalam setiap daerahnya. Suku bangsa tersebut mempunyai pehamanan terhadap epistemologis dan aksiologis yang berbeda-beda. Pemahaman epistemologi adalah bagaimana suatu suku bangsa tersebut memiliki dasar hakikat pengetahuannya, dan dasar hakikat tiap suku bangsa tersebut berbeda-beda. Pehamaman aksiologi adalah suatu problem dan dasar-dasar dari nilai yang menjadi suatu pedoman suatu konstruksi sosial yang ada.
Mengingat akan ragamnya suatu suku bangsa yang terdapat di Indonesia, sumpah pemuda yang terselenggarakan pada 89 tahun yang lalu menjadi semangat pemersatu suku bangsa yang ada di Nusantara. Bagaimana suatu peristiwa kongres tersebut mampu menyatukan setiap permasalahan filosofis yang terdapat di dalam suku bangsa. Dengan adanya kongres ini perbedaan antara epistemologi dan aksiologi yang terdapat di dalam setiap suku bangsa mampu menyatu dengan epistemologi dan aksiologi baru yaitu, tanah air Indonesia. Setiap paradigma filosofi yang ada menjadi satu dengan adanya sumpah pemuda ini. Hal inilah yang menjadikan betapa pentingnya sumpah pemuda ini dalam menyatukan landasan filosofis dari tiap suku bangsa yang terdapat di Indonesia.
Peran sumpah pemuda dalam era kontemporer saat ini, juga memainkan posisinya sebagai semangat persatuan antar perbedaan yang ada. Dengan adanya kemudahan dan akses media sosial yang tentunya belum ada saat pada 89 tahun lalu, rasa persatuan terhadap setiap lapisan masyarakat dapat semakin dekat. Apa yang menjadi permasalahan dari tiap suku bangsa yang ada di Indonesia dapat diakses dengan mudah oleh satu genggaman. Semua terasa dekat dan semua dapat berinteraksi dengan mudah. Namun tidak semua memakai kemudahan tersebut untuk hal yang positif, tetapi juga ada kemudahan tersebut digunakan untuk semakin memecah belah landasan filosofis yang telah ada.

Maka semua pemuda bangunlah dan songsong perbedaan dengan semangat persatuan yang ada. Jangan sampai NKRI terpecah belah oleh yang ingin memecah kita.