Monday, November 13, 2017

Refleksi Kritis Filosofis Sumpah Pemuda pada Era Kontemporer

Refleksi Kritis Filosofis Sumpah Pemuda pada Era Kontemporer
Oleh: Cristian Febrianto Harianja (Sekfung Pendidikan Kader BPC GMKI Cab. Yogyakarta Masa Bakti 2016-2018)

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Tanggal 28 November adalah sebuah peringatan yang mungkin semua masyarakat Indonesia sudah mengetahuinya. Pada tanggal itu di Jakarta telah terjadi sebuah pergerakan persatuan pemuda Nusantara yang menginkan adanya persatuan. Pergerakan tersebut dilaksanakan oleh berbagai organisasi pemuda dari berbagai suku bangsa yang terdapat di bumi Nusantara ini. Pemuda dengan semua semangat juangnya terus mewarnai tiap aktivitas persatuan demi terwujudnya tanah air yang satu, bangsa yang satu, dan adanya bahasa persatuan.
Sumpah yang telah dilaksanakan pada 89 tahun yang lalu ini, sudah menjadi darah dan daging tiap masyarakat Indonesia. Pada saat itu perjuangan pergerakan Sumpah Pemuda adalah sebagai alat untuk melawan kolonialisme. Pada zaman kolonial hal yang menarik sebagai alat kolonialnya adalah perpecahan antar lini suku bangsa. Oleh sebab itu pihak kolonial dalam hal ini adalah Belanda yang saat itu menjejah Nusantara, memakai politik adu dombanya untuk terus memecah belah suku dan bangsa yang ada di Nusantara. Alat perpecahan antara suku bangsa itu menjadi politik Belanda yang sangat ampuh, untuk tetap eksis di dalam koloninya. Hal ini terbukti Belanda mampu menjejah selama 350 tahun lamanya. Menurut saya ini adalah suatu landasan fundamental terjadinya pergerakan dan persatuan ini. Pemuda yang terdiri dari berbagai organisasi yaitu: Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, dan Pemuda Kaum Betawi. Mereka semua yang terdiri dalam organisasi tersebut adalah, pencetus rasa persatuan yang ada di dalam diri tiap pemuda dan terkhususnya mulai adanya rasa persatuan ditiap suku bangsa.
Di dalam NKRI terdapat beragam suku bangsa dan etnis. Menurut sensus Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, terdapat 1.340 suku bangsa yang mendiami NKRI. Suku bangsa tersebut tersebar di dalam setiap daerahnya. Suku bangsa tersebut mempunyai pehamanan terhadap epistemologis dan aksiologis yang berbeda-beda. Pemahaman epistemologi adalah bagaimana suatu suku bangsa tersebut memiliki dasar hakikat pengetahuannya, dan dasar hakikat tiap suku bangsa tersebut berbeda-beda. Pehamaman aksiologi adalah suatu problem dan dasar-dasar dari nilai yang menjadi suatu pedoman suatu konstruksi sosial yang ada.
Mengingat akan ragamnya suatu suku bangsa yang terdapat di Indonesia, sumpah pemuda yang terselenggarakan pada 89 tahun yang lalu menjadi semangat pemersatu suku bangsa yang ada di Nusantara. Bagaimana suatu peristiwa kongres tersebut mampu menyatukan setiap permasalahan filosofis yang terdapat di dalam suku bangsa. Dengan adanya kongres ini perbedaan antara epistemologi dan aksiologi yang terdapat di dalam setiap suku bangsa mampu menyatu dengan epistemologi dan aksiologi baru yaitu, tanah air Indonesia. Setiap paradigma filosofi yang ada menjadi satu dengan adanya sumpah pemuda ini. Hal inilah yang menjadikan betapa pentingnya sumpah pemuda ini dalam menyatukan landasan filosofis dari tiap suku bangsa yang terdapat di Indonesia.
Peran sumpah pemuda dalam era kontemporer saat ini, juga memainkan posisinya sebagai semangat persatuan antar perbedaan yang ada. Dengan adanya kemudahan dan akses media sosial yang tentunya belum ada saat pada 89 tahun lalu, rasa persatuan terhadap setiap lapisan masyarakat dapat semakin dekat. Apa yang menjadi permasalahan dari tiap suku bangsa yang ada di Indonesia dapat diakses dengan mudah oleh satu genggaman. Semua terasa dekat dan semua dapat berinteraksi dengan mudah. Namun tidak semua memakai kemudahan tersebut untuk hal yang positif, tetapi juga ada kemudahan tersebut digunakan untuk semakin memecah belah landasan filosofis yang telah ada.

Maka semua pemuda bangunlah dan songsong perbedaan dengan semangat persatuan yang ada. Jangan sampai NKRI terpecah belah oleh yang ingin memecah kita.

0 comments:

Post a Comment