Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Wednesday, April 21, 2021

Cerminan Kartini GMKI, Wahyu Irawati Mengandalkan Komitmen dan Pelayanan dalam Dunia Akademik dan Menulis



Kepribadian dalam perjalanan setiap orang sangatlah penting. Sekalipun karakter terbentuk sejak usia dini, akan sangat menentukan kehidupan seseorang. Siapa pun dia, apa pun pekerjaannya, ketika dia memiliki karakter positif, itu akan lebih baik daripada orang yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, sangat diperlukan investasi pada kepribadian positif ini sejak usia dini agar dapat menjadi modal perjalanan hidup. Sama halnya dengan Wahyu Irawati, seorang dosen Biologi di Fakultas Pendidikan Universitas Pelita Harapan, yang juga aktif dalam dunia menulis. Beliau mengandalkan komitmen dan pelayanan sejak masih duduk di bangku perkuliahan, salah satu tempat belajar dalam menempah karakter tersebut adalah GMKI. 

 

Wahyu Irawati yang kerap disapa dengan "Ira" ini merupakan lulusan Agronomi di UPN Veteran Yogyakarta pada tahun 1986, dan melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di UGM jurusan Mikrobiologi. Tidak hanya kuliah, Wahyu Irawati dulunya juga aktif di organisasi ekstra seperti GMKI. Dengan modal ajakan teman baik saudarinya, Wahyu Irawati mengikuti Mapper GMKI Cabang Yogyakarta tahun 1987. "GMKI adalah rumah kedua saya, dulu ya pas masih kuliah cuma bolak-balik rumah-kampus-GMKI tok" ujar Wahyu Irawati. GMKI di mata Wahyu Irawati adalah tempahan sebagian dari karakter positifnya, tidak hanya tempat berorganisasi biasa, tetapi membentuknya menjadi pribadi yang memiliki prinsip yang kuat. Ketika mengenang kembali masa-masa di GMKI Yogyakarta, Wahyu Irawati banyak bercerita mengenai masa mudanya yang beliau habiskan dengan hal-hal yang positif seperti menjadi Sie Dana di suatu kepanitiaan yang mengharuskan beliau mencari dana dengan menitipkan makanan di Rumah Makan, dan berkeliling menaiki sepeda untuk menyebarkan proposal ke rumah senior GMKI Yogyakarta, tidak hanya itu pada saat menjadi panitia natal GMKI, Wahyu Irawati dan teman-temannya yang lain sangat gencar mencari dana sehingga mereka harus berkreativitas lebih seperti mengolah makanan, kadang berjualan di depan Wisma Imanuel atau dititipkan ke rumah makan dengan keuntungan per buah nya itu sekitar 500 perak. “Dulu saya selalu yang cerewet nagihin uang ke temen-temen biar uang kas dan dana tetap stabil, sampe ya temen-temen saya tuh kalau ada keperluan organisasi atau kepanitiaan yang mendadak langsung inget saya dan berterimakasih karena cerewet saya bermanfaat sehingga uang di kas itu banyak hehehe....” ujar Wahyu Irawati sembari mengingat masa muda nya kala itu.

 

Hal yang masih Wahyu Irawati ingat adalah ketika di GMKI tidak hanya sekedar tempat untuk berorganisasi tetapi menjadi tempat berkumpulnya persaudaraan kristen yang mempererat tali persahabatan, juga belajar public speaking yang menjadi bekal di kehidupan akademik ini. “Di GMKI itu gimana ya kalau bicara soal tatib itu wah lamanya minta ampun, bisa sampe pagi. Ga terlalu ngerti juga sih cuma yang saya dapat adalah public speaking disana bagus, walaupun saya tidak suka politik tapi saya suka ngobrol, dan disana ditata gimana cara ngobrol yang berbobot. Selama 4 tahun pun di GMKI, saya diajarkan lebih pada mengabdi dan berkomitmen, dan itulah prinsip yang saya pegang sampe sekarang. Seseorang yang serius di GMKI terlihat dari tahun mapper (aktif) hingga kapan ia keluar, itu terlihat apakah GMKI menjadi tempat main atau pelayanan baginya” jelas Wahyu Irawati. Selain menjadi dosen yang memiliki komitmen untuk menyeimbangkan pengajaran, penelitian, dan pengalaman, Wahyu Irawati juga aktif menulis di website yang khusus menulis segala sesuatu mengenai Biologi terutama Biologi Murni. Wahyu Irawati juga aktif menulis secara intens sejak tahun 1997 dari tugas akhir yang menjadi perhatian bagi dosennya di jenjang perkuliahan S3, semenjak itu Wahyu Irawati menjadi lebih sering menulis dan share ke orang lain.

 

Jika komitmen dan pengabdian ada pada diri wanita, maka ia akan menjadi wanita yang hebat” jawab Wahyu Irawati ketika diberi pertanyaan mengenai wanita khususnya kartini-kartini muda GMKI. Hendaknya wanita tetap elegan dengan menyeimbangkan semuanya, tidak muluk-muluk. Komitmen dan pengabdian menjadi apa yang Wahyu Irawati pegang hingga kini pun berasal dari tempat yang beliau sebut sebagai “rumah keduanya” yaitu GMKI. Tidak hanya itu, tetapi untuk tetap fokus pada apa yang dikerjakan juga menjadi poin penting bagi keberlangsungan dari komitmen itu sendiri. Begitu juga dengan berkat Tuhan, akan ada dan selalu ada, sehingga sebagai orang kristen harus tetap setia dan tidak kalah dengan hal-hal duniawi.

Senior GMKI Yanti, “Senang bergaul, tapi tetap pada koridornya, tetap aktif dan peduli sekitar. Alhasil wanita tidak akan pernah salah jalan”



Hari Kartini didasari untuk mengingat besarnya jasa Kartini pada bangsa Indonesia khususnya untuk kaum wanita. R.A Kartini merupakan sosok wanita tangguh dimana ia memperjuangkan pilihannya. Sama seperti wanita sezamannya, Kartini tidak bebas menentukan pilihannya dan diperlakukan berbeda dengan pria, hal ini memicu ketidakadilan antara kaum wanita dan pria. Adanya perjuangan Kartini pada zaman itu membuat kaum wanita dapat sekolah setinggi-tingginya, wanita dapat menentukan karier nya, dan hal apapun yang menjadi pilihan bagi setiap wanita. Perjuangan Kartini dapat dinikmati dan dirasakan oleh beberapa generasi yang membuat generasi masa kini lebih teredukasi dan bebas melakukan segala sesuatu sesuai dengan passionnya terutama kaum wanita. Sama halnya dengan senior GMKI Yanti, yang menentukan untuk melakukan apapun yang ia suka dan yakini untuk dijalani tanpa paksaan dari orang lain.

 

Senior GMKI Yanti atau kerap dipanggil “Molen” oleh teman-teman sezamannya pada masa di Wisma Imanuel karena suka “malak-in” uang senior untuk beli Molen yang dimakan ramai-ramai di GMKI. Pada tahun 1988, Senior GMKI Yanti mengikuti Mapper GMKI Cabang Yogyakarta, dan aktif mengikuti kegiatan GMKI seperti kepanitiaan Mapper, Kaderisasi, Konfercab, dan menjadi salah satu fungsionaris di GMKI Cabang Yogyakarta. “Kalau bicara tentang GMKI zaman ku dulu ya harusnya tidak jauh beda dengan GMKI masa sekarang. Mungkin berbeda pada segi teknologi, kalau zaman sekarang kan apa-apa mudah jadi mungkin masalahnya juga semakin lebih banyak lagi (kompleks) daripada yang dulu. Kalau inget-inget orang yang di GMKI hanya beberapa saja ada yang inget ada yang udah lupa, tapi ya lebih banyak yang inget sih karna dulu aku orangnya rame heheh” ujar Senior GMKI Yanti.

 

Menurut Senior GMKI Yanti, anak-anak zaman sekarang terutama perempuan lebih pinter daripada zaman yang dulu, walau standar semakin meningkat itu malah membuat perempuan zaman sekarang lebih banyak berjuang karena harus menyeimbangkan dengan standar yang ada, karena jika tidak maka bakal ketinggalan jauh, itu yang memicu anak-anak zaman sekarang lebih pinter. Perempuan zaman sekarang harusnya lebih berani dan menentukan apapun yang ia suka sesuai dengan pilihannya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Perempuan sekarang harus lebih kuat karena harus mengejar ketertinggalan setelah beratus-ratus tahun lamanya di bawah laki-laki. Perjuangan Kartini belum selesai, malah perjuangan lanjutan bagi setiap perempuan ini terasa lebih berat, dengan perkembangan teknologi yang ada pada masa kini bisa menjadi dorongan yang baik bagi perempuan bagi berkembang sekaligus menjadi pisau yang tajam yang bisa menusuk yang membuat perempuan berhenti berjuang. Hari Kartini tidak hanya fokus pada emansipasi wanita tetapi juga berpengaruh pada pola pikir pria yang dari dulu telah ditanamkan derajat mereka lebih tinggi dari perempuan, ini membuat pria berpikir bahwa wanita dan pria itu sama atau setara yang membuat cara bertingkah laku satu sama lain lebih baik dari sebelumnya.

 

Manusia zaman sekarang terutama anak remaja sangat bebas untuk melakukan apapun, kalau tidak diawasi maka akan menjadi suatu kehancuran. Untuk itu, adanya kepengawasan yang teratur tetapi tidak mengikat. Banyak kepengawasan yang dilakukan atas nama “menjaga” malah menjadi beban bagi anak tersebut seperti contoh adanya peraturan yang tidak adil antara pria dan wanita, dimana hal ini membebankan dan mengikat kaum wanita sehingga wanita tidak lagi dapat melakukan apa yang ia suka, untuk itu adanya kesetaraan antara wanita dan pria yang juga berlaku pada suatu “kepengawasan” tersebut. Hendaknya wanita tetap pada pergaulan yang sama dengan pria, tapi tetap pada koridornya, lebih aktif pada bidang yang digeluti dan tetap peduli dengan sekitarnya, maka ini menjadi keistimewaan bagi setiap wanita yang melakukannya.