HERMENEUTIKA
(Cara Menafsirkan Alkitab Secara Sederhana)
oleh: Victor Ivan Cristiantoni(Sekfung Kerohanian)
(Cara Menafsirkan Alkitab Secara Sederhana)
oleh: Victor Ivan Cristiantoni(Sekfung Kerohanian)
Alkitab adalah karya ilahi-insani. Roh
Kudus mengilhami para penulis untuk menulis (2Tim
3:16; 2Pet 1:20-21), tetapi mereka tetap
bebas mengekspresikan sesuai dengan latar belakang masing-masing. Kebebasan ini
dijaga begitu rupa oleh Roh Kudus agar tulisan mereka bersifat tidak
bersalah (inerrant). Implikasi dari doktrin ini adalah para penafsir harus memahami
Alkitab sesuai dengan apa yang dipikirkan para penulis Alkitab. Untuk
mengetahui maksud para penulis, penafsir
perlu memahami hermeneutika, yaitu prinsip-prinsip penafsiran Alkitab.
Mengapa diperlukan cara menafsirkan
Alkitab?
Berikut ini adalah beberapa alasan
mengapa hermeneutik merupakan sesuatu yang mutlak
diperlukan:
(1) Hermeneutik menjadi jembatan bagi
jurang antara penulis Alkitab dan penafsir modern.
_ Jurang bahasa: PL ditulis dalam bahasa
Ibrani (plus sedikit Aramik) dan PB dalam
bahasa Yunani. Contoh: Mat 26:41 dan Yak
1:2.
_ Jurang budaya: PL ditulis dalam budaya
Israel kuno, Mesopotamia, Mesir, dll.,
sedangkan PB dalam budaya Yunani-Romawi.
Contoh: Yoh 10:4; Mar 14:13.
_ Jurang historis: beberapa teks sulit
dipahami seandainya penafsir tidak mengetahui
latar belakang historis suatu peristiwa.
Contoh: Luk 2:1-4; Kis 1:6.
_ Jurang geografis: pengenalan tentang
situasi khusus Palestina sangat membantu
dalam penafsiran. Contoh: Kis 10:9 ‘on
the roof’; Luk 10:30.
(2) Hermeneutik menjadi pedoman dan
tolak ukur kebenaran suatu tafsiran.
_ Mayoritas bidat (ajaran sesat) tetap
memakai Alkitab, tetapi penafsiran mereka tidak
sesuai dengan maksud mula-mula penulis
Alkitab.
Isu pokok tidak terletak pada
apakah seseorang memakai Alkitab, tetapi
apakah orang tersebut memakai
Alkitab secara tepat.
_ Mereka yang anti-teologi dan
menganggap tafsiran mereka berasal dari Roh Kudus
memiliki tafsiran yang sangat subjektif
dan kadangkala saling berkontradiksi.
Beberapa istilah penting
Beberapa istilah berikut ini sebenarnya
sulit dibedakan, tetapi mayoritas sarjana biasanya
membedakannya sebagai berikut:
(1) Hermeneutika: ilmu yang mempelajari
prinsip-prinsip penafsiran (bersifat umum dan
teoritis). Kata “hermeneutika” berasal
dari bahasa Yunani {ermhneuw.
(2) Eksegese: penerapan prinsip-prinsip
hermenutika (bersifat praktis dan detil). Kata
“eksegese” berasal dari bahasa Yunani exhghsis
atau exhgeomai.
(3) Eksposisi: penyusunan hasil eksegese
secara berurutan, per kata atau per ayat, dengan
disertai aplikasi untuk kehidupan
modern. Kata “eksposisi” berasal dari bahasa Latin ex
(= “keluar”) dan posit/ponere (=
“meletakkan”).
Pemahaman yang benar tentang
hermenutika/eksegese
(1) It is a science: menyangkut
prinsip-prinsip dasar yang logis, teratur dan mengikat (harus
ditaati).
(2) It is an art: menyangkut
ketrampilan, kreativitas bertanya dan pengalaman dalam
mengaplikasikan prinsip-prinsip
penafsiran.
(3) It is a spiritual act: dimulai dari
kerohanian yang sehat dan berujung pada kerohanian
yang dalam (1Kor 2:11-16; Luk 24:27, 31,
44-45).
Prinsip umum hermeneutik
1. Analisa kontekstual.
Kata “konteks” berasa; dari bahasa Latin
con (= “bersama-sama”) dan texere/text/textus
(= “rajutan”). Analisa konteks menuntut
suatu kata/ayat harus dipahami dalam kaitan
dengan ayat/perikop/pasal yang lain.
Dengan kata lain, seorang penafsir tidak boleh
mencomot ayat sembarangan. Contoh: apa
arti “semuanya” di Matius 6:33? Apa arti
“kaya” di 2Kor 8:9? apa kunci sukses
utama Yusuf di Kej 39:23? apa inti dosa Daud di
2Sam 11-12?
Sumber yang bisa dipakai: Alkitab.
2. Analisa gramatikal (tata bahasa).
Analisa gramatikal menuntut suatu kata
dipahami berdasarkan bahasa asli Alkitab. Bagi
jemaat awam pemahaman bahasa asli bisa
diganti dengan perbandingan berbagai versi
Alkitab. Contoh: bandingkan terjemahan
NASB berikut dengan bahasa Indonesia! _
Kol 2:6-7 “Therefore as you have
received Christ Jesus the Lord, so walk in Him,
having been firmly rooted and now being
built up in Him and established in your faith,
just as you were instructed, and overflowing
with gratitude” Perbedaan apa yang kita
dapatkan dari perbandingan dua versi
ini?
Sumber yang bisa dipakai: Alkitab
berbagai versi.
3. Penafsiran lexical (arti
kata).
Analisa lexical mengajarkan bahwa
suatu kata memiliki arti tertentu dalam konteks
tertentu. Penafsir bukan hanya dituntut
mengetahui keberagaman arti suatu kata, tetapi
arti kata tersebut dalam konteks
tertentu atau menurut penulis tertentu. Contoh: selidiki
ayat-ayat berikut (Luk 1:15, 41, 67:
4:1; Kis 4:8; 7:55; 9:17; 13:9), lalu analisa apakah
“penuh Roh Kudus” menurut Lukas harus berbahasa
roh?
Sumber yang bisa dipakai: konkordansi
(Hasan Sutanto) untuk studi PB.
4. Penafsiran historis-kultural.
Analisa historis-kultural menuntut
penafsir mengetahui sejarah maupun budaya pada
jaman Alkitab yang melatarbelakangi
suatu teks. Contoh: apakah signifikansi Kejadian
1 bagi bangsa Israel waktu itu yang ada
di padang gurun? mengapa orang Samaria
belum penuh Roh Kudus (Kis 8:14-16)?
mengapa Tuhan perlu memberikan penglihatan
kepada Kornelius dan Petrus di Kisah
10:1-23?
Sumber yang bisa dipakai: Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini
5. Penafsiran teologis.
Penafsiran ini didasarkan pada keyakinan
bahwa seluruh Alkitab adalah karya Allah,
sehingga saling menjelaskan dan tidak
ada bagian-bagian yang berkontradiksi.
Penafsiran suatu ayat tidak boleh
bertentangan dengan ayat yang lain. Contoh: apakah
Paulus bertentangan dengan Yakobus? (Rom
4:1-5 dan Yak 2:14) Mengapa
persembahan Kain tidak diterima? (Kej
4:4-5; band. 1Yoh 3:12)? #
Sumber yang bisa dipakai: Alkitab
0 comments:
Post a Comment