Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Friday, April 6, 2012

Pernyataan Sikap CIPAYUNG Yogyakarta 31 maret 2012


REVOLUSI MIGAS

Rencana kebijakan pemerintah yang hendak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah alat represif yang menghantui kehidupan masyarakat kecil.  Fakta yang tak terbantahkan bahwa rencana ini merupakan sebuah bukti kegagalan rezim SBY-Boediono dalam mengupayakan sektor migas sebagai alat penopang kesejahteraan rakyat sebagaimana amanat UUD 1945. Perekonomian kita yang digagas oleh para pemikir rezim telah mendorong liberalisasi yang mengorbankan kepentingan nasional terutama dengan meletakkan harga diri dan martabat serta kesejahteraan rakyat pada mekanisme pasar yang liar.
Penolakan di seantero negeri atas sikap pemerintah ini telah menciderai rasa keadilan masyarakat dimana sekali lagi rakyat dipaksa menjadi tumbal dari kebijakan yang tidak pro rakyat. Ditengah derasnya korupsi dan kehidupan mewah pejabat publik baik di pemerintahan maupun anggota DPR masyarakat dipaksa menelan pil pahit kenaikan BBM. Rasa keadilan yang telah hilang dari penyelenggara Negara dan elit politik memaksa masyarakat hidup dalam penindasan yang sistemik. Tidak ada bandingnya penindasan sistemik ini dengan aksi mahasiswa dan masyarakat yang menyuarakan kegelisahan mereka terhadap krisis besar di republik ini.
Melihat realitas ini, maka kami Kelompok Cipayung Yogyakarta dengan ini menyampaikan sikap sebagai berikut:
1.     Menolak keras rencana kenaikan BBM
2.     Mendesak Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat agar mencabut UU no 22 tahun 2001 dan mendorong elemen bangsa untuk kembali ke UUD 1945 dengan semangat dasarnya menjadikan sektor migas sebagai salah satu alat perjuangan dalam memberi kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
3.     Mendesak agar pemerintah segera melakukan nasionalisasi aset-aset vital di sektor migas dan meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas dalam negeri dengan membuka ladang sumber-sumber minyak baru.
4.     Menolak tegas seluruh sistem penyelenggaraan Negara yang telah terkontaminasi oleh virus neo liberalisme di Indonesia
5.     Mengecam dan mengutuk keras sikap represif aparat keamanan terhadap para demonstran khususnya mahasiswa di berbagai daerah.

Mengingat bahwa perjuangan menuju kedaulatan rakyat  dan kemandirian ekonomi merupakan sebuah gerakan yang besar maka kami mengajak seluruh elemen bangsa: mahasiswa, kaum buruh, kaum tani dan nelayan, para pedagang pasar, tukang becak, dan masyarakat pada umumnya untuk menyatukan aspirasi secara lebih terbuka. Mendorong setiap elemen rakyat yang secara sistemik telah dikorbankan oleh ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola Negara agar melawan dengan cara-cara yang sepatutnya baik secara bersama maupun pribadi. Suarakan perlawanan dengan lantang dan terbuka melalui cara yang dapat ditempuh untuk menunjukkan bahwa rakyat adalah penguasa sah dari republik ini. Revolusi Migas adalah sebuah gerakan bersama yang patut diwujudkan untuk membangun ketahanan nasional dan mewujudkan kesejahteraan bersama seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan semangat Pancasila dan UUD 1945.
Diam hanya akan menjadi alasan besar bagi penguasa untuk semakin menekan dan menindas rakyat dengan kebijakan yang tidak pro rakyat. Maka segera mengambil langkah yang patut dan menyuarakan aspirasi serta membangun solidaritas sosial adalah sebuah keharusan. Bangkit dan Bergerak!
Salam Solidaritas! Salam Revolusi!


Kelompok Cipayung Yogyakarta:
Himpunan Mahasiswa Islam(HMI)
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia(GMNI)
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia   (GMKI)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia(PMII)
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia(PMKRI)

Bergerak dengan Aset


Suasana Aula 3 - Sekretariat Cabang (SC) Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Yogyakarta saat sore hari hingga hampir tengah malam hari itu, 28 Februari 2012, terasa cukup berbeda. Suasana yang hening sepi terpecahkan dengan aktivitas pelatihan mahasiswa saat itu.
Pelatihan yang membahas tentang “Appreciative Inquiry” tersebut diikuti oleh sekitar 20 orang peserta. Yang terdiri dari beberapa pengurus GMKI Cabang Yogyakarta masa bakti 2011 – 2013, anggota GMKI Cabang Yogyakarta, anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Yogyakarta, dan anggota HIMERY. Serta berlangsung.
Pelatihan tersebut merupakan salah satu acara pertama yang diadakan oleh Badan Pengurus Cabang (BPC) GMKI Yogyakarta setelah mereka dilantik (pada tanggal 18 Februari 2012). Serta merupakan hasil  kerjasama antara GMKI Cabang Yogyakarta dengan kak Yeanne (pendeta mahasiswa Yogyakarta) dan kak Martha Hebi (senior GMKI Cabang Yogyakarta yang sekaligus sebagai fasilitator pelatihan).
Selain itu, materi pelatihan tersebut cukup penting bagi para pegiat atau pengurus organisasi apapun. Terutama bagi BPC GMKI Yogyakarta yang baru saja dilantik untuk menghadapi Sidang Pleno Pengurus yang pertama. Dimana para BPC akan mendiskusikan serta menetapkan tentang program kerja cabang hingga dua tahun ke depan.

Dari Aset ke Program
          Aset yang dimiliki oleh suatu organisasi merupakan pondasi awal dari pembahasan pelatihan tersebut. Dimana aset tersebut tak harus berupa hal- hal yang besar atau rumit dan mahal. Aset yang kelihatan sepele pun turut dibahas dalam pelatihan tersebut.
          Pelatihan yang lebih bersifat partisipatif tersebut diisi dengan pemberian materi singkat, tugas individu, dan tugas kelompok oleh fasilitator. Dimana para peserta diajak berpikir positif. Yakni dengan mendasarkan dan memanfaatkan aset yang ada untuk mencapai visi organisasi.
          Aset yang dimiliki oleh suatu organisasi dipetakan menjadi beberapa macam/ jenis. Yakni aset fisik, aset sosial, aset sumber daya manusia (SDM) dan lain- lain. Serta kesemuanya mempengaruhi setiap aktivitas organisasi tersebut.
          Setelah memetakan dan mengidentifikasi aset yang dimiliki organisasinya masing- masing, para peserta diajak untuk memikirkan cita- cita atau mimpi untuk organisasinya dalam kelompok. Bukan hanya itu, para peserta  juga diajak untuk memvisualisasikannya melalui gambar- gambar di sebuah kertas besar untuk dipresentasikan. Dan kertas yang telah diberi (ditempeli) gambar- gambar visualisasi mimpi tersebut disebut sebagai Papan Visi (Vision Board).
          Melalui refleksi papan visi (Vision Board) organisasi yang telah dibuat, peserta kemudian merancang atau mendesain rencana program kerja yang lebih detail. Dimana rencana program kerja tersebut dilengkapi dengan orang- orang yang berperan sebagai penanggung jawab (koordinator). Sehingga mimpi organisasi yang terwujud dalam program kerja tersebut akan mudah dilaksanakan dan dipelihara.
          Akhirnya, mari kita buang paradigma pengembangan organisasi yang berlandaskan pada kekurangan saja! Bergeraklah dengan aset yang kita dan organisasi kita miliki!
 
                                                                                         Christian Apri Wijaya

Saturday, March 3, 2012

PIDATO PELANTIKAN BPC GMKI YOGYAKARTA PERIODE 2011-2013


Syalom!
1.    Kepada Yth Ibu Pendeta Lidia K Tandirerung,  M.Th
2.    Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2010-2012
3.    Ketua PGI- W Yogyakarta atau Yang Mewakili
4.    Ketua BKS PGI –GMKI Lokal Yogyakarta
5.    Senior Members/Friends GMKI Yogyakarta
6.    Pimpinan Lembaga Gereja Se-DIY
7.    Ketua-Ketua Lembaga Pelayanan Pemuda Kristen Se- DIY
8.    BPC Demisioner  GMKI Yogyakarta Masa Bakti 2009-2011
9.    BPC GMKI Yogyakarta Masa Bakti 2011-2013
10.  Panitia Dies Natalies Ke 62 dan Pelantikan BPC  GMKI Yogyakarta 
11.  Pimpinan Organisasa  Gerakan Kepemudaan dan Mahasiswa Se-DIY
12.  Tamu Undangan 
13.  Pihak-pihak yang tidak sempat kami menyebutkan

Salam damai sejahtra bagi kita sekalian !!!
Pertama-tama mari kita panjat Syukur  kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberikan berkat dan penyertaan sehingga kita bisa bertemu pada kesempataan berbahagia ini yaitu Perayaan  Dies Natalis GMKI yang ke- 62 tahun dan Pelantikan BPC GMKI  Masa Bakti 2011-2013.
Momentum Dies Natalis yang ke - 62 tahun  kali ini mengajak kita untuk dapat merefleksikan kembali sejarah berdirinya GMKI serta  peran dalam aksi dan pelayanannya untuk mewujudkan Nasionalisme dan Oikumenisme di Bangsa Indonesia tercinta ini.  
62 tahun  GMKI lahir, bertumbuh,  berkembang serta memulai  memasuki masa konsolidasi saat ini, secara  usia disadari memang  sudah cukup senja ukuran usia manusia, namun kehadiran GMKI secara spirit pelayanan  Menghadirkan Syallom Allah Di tengah-tengah kehidupan ini lah menjadi landasan dasar organisasi ini tetap tumbuh dan  eksis melewati berbagai  fase dan saman perjuangannya. Keterpanggilan dan pengutusan GMKI mewujudkan dan menghadirkan  Syalom ALLAH, di tengah-tengah  pergumulan bangsa dan negara Indonesai, ini disadari bukanlah pekerjaan dan pelayanan yang mudah, oleh karena itu tentunya membutuhkan tuntunan dan pengawalan yang secara substansi agar dapat mewujudkan visi dan misinya dalam menjawab tantangan zaman saat ini.  
Forum Konperensi Cabang  GMKI Yogyakarta Tahun 2011 telah di lalui. Dinamika dan problematika merupakan tolak ukur untuk periode berikutnya, kondisi organisasi yang sudah tidak di pungkiri lagi, mengalami  degradasi baik di tingkat nasional maupun tingkat lokal. Namun GMKI Cabang Yogyakarta  masih mampu melaksanakan fungsinya   sebagai organisasi pengkaderan yaitu dengan adanya proses pergantian pengurus,  melalui pergantian ini tentunya kita masih di berikan harapan baru, tentang apa dan bagaimana kita kedepannya, QUO VADIS GMKI ? ini masih menjadi pertanyaan yang sampai hari ini belum bisa di jawab, oleh karena itu peran serta segenap civitas GMKI dalam mewujudkan pelayanannya di tiga medan layannya merupakan kebutuhan yang mendasar sehingga dapat  mewujudkan output kader yang benar-benar Populis dalam hal ini  mampu hidup memposisikan diri atau perjuangan atas keberpihakan kepada kaum yang tertindas.
Realitas kehidupan saat ini masih ditandai oleh berbagai fenomena ketidakadilan yang menuntut sikap dan keterlibatan kita. Di antaranya, fenomena globalisasi yang menyentuh seluruh aspek kehidupan umat manusia tanpa kecuali. Di bidang politik, terjadi euforia demokrasi, sehingga format demokrasi Indonesia menjadi ambigu. Demokrasi liberal seperti kebebasan berideologi dan berorganisasi, kebebasan pers, kebebasan berpendapat benar-benar dijamin. Tapi sayangnya ini tidak diimbangi dengan rasionalitas politik rakyat.
Respon terhadap kooptasi mono-polar ideologi  memunculkannya  fenomena lain, seperti menguatnya fundamentalisme dan radikalisme. Fundamentalisme merupakan realitas sosiologi-historis yang sangat kompleks dan lahir dari rahim rasisme, nasionalisme dan juga agama. Karena itu fundamentalisme hadir sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap globalisasi. Di depan kita fundamentalisme agama hadir dengan pencarian akan identitas dan kenangan akan masa lampau yang gilang-gemilang dengan cara-cara mengancam, meneror dan menekan. Menguatnya politik identitas ini menampilkan suatu wajah politik sektarian dan paradigma kawan-lawan. la hadir dalam bentuk pengingkaran terhadap kemajemukan bangsa dan perasaan superior terhadap identitas kultural lainnya, bahkan lewat cara-cara kekerasaan dan tak manusiawi. Terorisme, penutupan paksa rumah-rumah ibadah serta sikap ekslusif dan ketidakinginan untuk berdialog dengan pihak lain. Ini tentu saja menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa.


Saudara- saudara yang berbahagia
Pada kesempatan ini perkenankan saya atas nama seluruh badan pengurus cabang yang baru dilantik mengucapkan terima kasih kepada segenap anggota GMKI cab. Yogyakarta dan  pengurus pusat  yang telah memberikan kepercayaan kepada kami, untuk melanjutkan kepengurusan ini dengan berbagai potensi dan tantangan yang ada di dalamnya, kami mengimani bahwa tanggung jawab pelayanan ini semata-mata dari Tuhan sehingga di balik rasa bangga atas kepercayaan ini merupakan wujud dari tanggug jawab serta komitmen  kami dalam melaksanakan tugas tanggung jawab yang besar, oleh sebab itu hanya dengan dasar motivasi pelayanan untuk mewujudkan syalom allah di tengah-tengah dunia ini, maka dari itu dari itu kami siap melanjutkan roda organisasi yang kita cintai.
Saudara-saudara yang berbahagia.
Pergumulan GMKI Cabang Yogyakarta sebagai aktualisasi menjawab tuntutan   Tema dan Sub Tema yang mana merupakan jawaban atas kondisi  internal dan ekternal organisasi maka atas dasar pemikiran inilah kami menyampaikan beberapa pooko-pokok pikiran sebagai refleksi.
1.       Belum maksimalnya penataan organisasi  dengan pengembangan dan pemantapan sumber daya strategis seluruh komponen organisasi (Pengurus Pusat, badan Pengurus Cabang, senior members/ friends)
2.      Memaksimalkan Pola Pembinaan anggota dilakukan meningkatkan pembinaan dan kaderisasi kepemimpinan peningkatan spiritualitas keimanan anggota dan peningkatan kemajuan studi.
3.      Refleksi dan  aksi partisipasi dilaksanakan sebagai usaha untuk meningkatkan peran dan partisipasi organisasi dalam mewujudnyatakan penguatan solidaritas kemanusiaan dan mempejuangkan demokrasi substansial menuju persatuan Indonesia yang berkeadilan dan bermartabat. Demikian juga dalam gereja dan Perguruan Tinggi. Selanjutnta neoliberalisme merupakan bentuk penjajahan baru, harus dipandang sebagai musuh bersama dan harus dilakukan perlawanan. Melawan mega sistem itulah bagaian dari harapan untuk menciptakan tatanan yang berkeadilan dan bermartabat disegala aspek kehidupan.
4.      Pola pengembangan  sarana komunikasi yang berbasis Teknologi dalam hal ini IT yang dapat menunjang keberlangsungan organisasi dan juga  sarana penunjang seperti perpustakaan dalam era globalisasi dan juga tantangan zaman yang makin kompleks.  
5.      Belum terjalinnya hubungan yang ideal dengan gereja sebagaimana GMKI merupakan anak kandung gereja, GMKI belum dapat mengambil hati orang tuanya yaitu gereja, demikian juga sebaliknya ada beberapa geraja yang belum mengetahui keberadaan GMKI itu sendiri, sering dianggap GMKI merupakan organisasi politik sedangkan dalam anggaran Dasar GMKI sudah di tegaskan bahwa GMKI adalah organisasi yang bersifat gerejawi dan tidak merupakan organisasi politik manapun. Oleh karena itu perlu di tinjau kembali akan keberadaan GMKI sebagai salah satu wadah pengkaderan bagi generasi penerus.
6.      Ironi memang ketika di tengah-tengah keanekaragaman dan kekayaan sumber daya alam, Indonesia masih dilanda kemiskinan, apalagi pola implementasi dan pendekatan pembangunan Indonesia sarat dengan paradigma neoliberalisme. Dengan paradigma yang demikian, telah nyata pula ketimpangan ekonomi antara yang kaya dan miskin sangat tinggi. Sistem yang timpang dalam tata kelola negara ialah buah dominasi kapitalisme global kontemporer dan merupakan sejarah kelam sejarah dunia. Kondisi ini sekaligus menunjukkan pola-pola penjajahan baru telah dan akan berlangsung.
7.      Supernasi hukum semakin jauh dari yang diharapkan, dimana hal ini diindikasikan dari semakin sulit serta tidak pernah tuntasnya penyelesaian berbagai kasus di masyarakat. Sebagai salah satu produk politik reformasi Indonesia, supremasi hukum saat ini dikooptasi oleh kekuasaan politik yang menyebabkan hukum kehilangan wibawanya di depan kebijakan politik negara. Intervensi kekuasaan terhadap hukum telah nengakibatkan hukum menjadi tidak independen dan kehilangan legitimasinya.Indonesia sernentara berhadapan dengan degradasi nilai-nilai kebangsaan.
8.      Nasionalisme Indonesia berhadapan dengan melemahnya nation and character building diakibatkan mcnguatnya scmangat primordialismc, scktarian, dan etnonasionalisme tokal. Pada titik ini integrasi kebangsaan dipertaruhkan termasuk eksistensi Indonesia sebagai Negara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan nilai-nilai luhurnya yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 45, karena kecenderungan akumulasi beragam persoalan kedaerahan harus disadari ktisis itu justru terjadi sebagai implikasi arus globalisasi (kapitalisme global) yang menghantam sendi-sendi hidup kebangsaan.
9.      kapatalisme masih menjadi isu besar, pengaruhnya terhadap budaya masyarakat masih berdampak, menyebabkan sikap konsumtif, instan dan individualistik, sehingga menghimpit potensi rakyat, sebab berbagai kebijakan yang digariskan oleh pemerintah tidak lagi mengabdi pada kepentingan publik,

saudara-saudara yang berbahagia
Kami menyadari banyak hal yang belum dapat kami sampaikan secara konprehensif pada sambutan ini, namun kiranya secara garis besar keseluruhan aktifitas organisasi dan rekleksi perjalanan GMKI yang ke 62 tahun  ini sudah tercover daam sambuatan ini. Oleh karena segala keterbatasan yang ada pada kami, kami memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan tersebut. Perubahan itu dapat terwujud ketika adanya kesadaran dan komitmen dari apa yang menjadi tujuan bersama, latar belakang GMKI itu berdiri seperti apa, ini adalah sebuah pergumulan kita selaku civitas GMKI. Sebagai badan pengurus cabang yang baru tentunya kami senantiasa mengharapkan dukungan dan dorongan dari semua yang terkait, secara jujur kami tidak terlalu banyak menjanjikan kehebatan-kehebatan apa yang akan kami berikan untuk organisasi kita ini selama dua tahun mendatang, namun yang jelas semangat dan langkah kami senantiasa di jiwai di bawah terang Thema “   Jadilah berhikmat! Berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan “(Amsal 8:1-21).
Dengan Sub-Thema: “Mendorong Solidaritas Bangsa Untuk Memperjuangkan Kebenaran, Keadilan dan Kesejahteraan Dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia Secara Bermartabat.”
Pada akhirnya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dengan harapan untuk senantiasa berjalan pada jalan kebenaran di tengah –tengah keadilan dalam mewujudkan SYALOM ALLAH. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pendeta,  Pimpinan Institusi  Gereja-gereja, Lembaga Keumatan Kristiani, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Kristiani, Pengurus BKS PGI-GMKI Lokal Yogyakarta, Ibu Pendeta Mahasiswa, Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2010-2012, BPC GMKI Yogyakarta Masa Bakti 2009-2011,  Senior Members/ Friends, Rekan-rekan Pimpinan Organisasi Gerakan Pemuda dan Mahasiswa, Panitia Dies Natalis dan Pelantikan,  Segenap Anggota serta semua pihak yang telah ikut membantu  dan hadir pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih. Kiranya jalinan kerja sama dan persaudaraan saat ini  dapat terus berlanjut untuk masa-masa mendatang. Akhirnya DIRGAHAYU GMKI ke 62, kiranya Tuhan Yesus Sang Kepala Gerakan selalu Memberkati kita semua.Tinggilah Iman Mu,Tinggilah Ilmu Mu,Tinggilah Pengabdian Mu.
Ut Omnes Unum Sint!!                                                               Yogyakarta 18 pebruari 2012
Ketua Cabang GMKI Yogyakarta
Masa Bakti 2011-2013

Gloriansi U.H. Deta