Hari Kartini didasari untuk mengingat besarnya jasa Kartini pada bangsa Indonesia khususnya untuk kaum wanita. R.A Kartini merupakan sosok wanita tangguh dimana ia memperjuangkan pilihannya. Sama seperti wanita sezamannya, Kartini tidak bebas menentukan pilihannya dan diperlakukan berbeda dengan pria, hal ini memicu ketidakadilan antara kaum wanita dan pria. Adanya perjuangan Kartini pada zaman itu membuat kaum wanita dapat sekolah setinggi-tingginya, wanita dapat menentukan karier nya, dan hal apapun yang menjadi pilihan bagi setiap wanita. Perjuangan Kartini dapat dinikmati dan dirasakan oleh beberapa generasi yang membuat generasi masa kini lebih teredukasi dan bebas melakukan segala sesuatu sesuai dengan passionnya terutama kaum wanita. Sama halnya dengan senior GMKI Yanti, yang menentukan untuk melakukan apapun yang ia suka dan yakini untuk dijalani tanpa paksaan dari orang lain.
Senior
GMKI Yanti atau kerap dipanggil “Molen” oleh teman-teman sezamannya pada masa
di Wisma Imanuel karena suka “malak-in” uang senior untuk beli Molen yang
dimakan ramai-ramai di GMKI. Pada tahun 1988, Senior GMKI Yanti mengikuti
Mapper GMKI Cabang Yogyakarta, dan aktif mengikuti kegiatan GMKI seperti
kepanitiaan Mapper, Kaderisasi, Konfercab, dan menjadi salah satu fungsionaris
di GMKI Cabang Yogyakarta. “Kalau bicara
tentang GMKI zaman ku dulu ya harusnya tidak jauh beda dengan GMKI masa
sekarang. Mungkin berbeda pada segi teknologi, kalau zaman sekarang kan apa-apa
mudah jadi mungkin masalahnya juga semakin lebih banyak lagi (kompleks)
daripada yang dulu. Kalau inget-inget orang yang di GMKI hanya beberapa saja
ada yang inget ada yang udah lupa, tapi ya lebih banyak yang inget sih karna
dulu aku orangnya rame heheh” ujar Senior GMKI Yanti.
Menurut
Senior GMKI Yanti, anak-anak zaman sekarang terutama perempuan lebih pinter
daripada zaman yang dulu, walau standar semakin meningkat itu malah membuat
perempuan zaman sekarang lebih banyak berjuang karena harus menyeimbangkan
dengan standar yang ada, karena jika tidak maka bakal ketinggalan jauh, itu
yang memicu anak-anak zaman sekarang lebih pinter. Perempuan zaman sekarang harusnya
lebih berani dan menentukan apapun yang ia suka sesuai dengan pilihannya tanpa
ada paksaan dari pihak manapun. Perempuan sekarang harus lebih kuat karena
harus mengejar ketertinggalan setelah beratus-ratus tahun lamanya di bawah
laki-laki. Perjuangan Kartini belum selesai, malah perjuangan lanjutan bagi
setiap perempuan ini terasa lebih berat, dengan perkembangan teknologi yang ada
pada masa kini bisa menjadi dorongan yang baik bagi perempuan bagi berkembang
sekaligus menjadi pisau yang tajam yang bisa menusuk yang membuat perempuan
berhenti berjuang. Hari Kartini tidak hanya fokus pada emansipasi wanita tetapi
juga berpengaruh pada pola pikir pria yang dari dulu telah ditanamkan derajat
mereka lebih tinggi dari perempuan, ini membuat pria berpikir bahwa wanita dan
pria itu sama atau setara yang membuat cara bertingkah laku satu sama lain
lebih baik dari sebelumnya.
Manusia zaman sekarang terutama anak remaja sangat bebas untuk melakukan apapun, kalau tidak diawasi maka akan menjadi suatu kehancuran. Untuk itu, adanya kepengawasan yang teratur tetapi tidak mengikat. Banyak kepengawasan yang dilakukan atas nama “menjaga” malah menjadi beban bagi anak tersebut seperti contoh adanya peraturan yang tidak adil antara pria dan wanita, dimana hal ini membebankan dan mengikat kaum wanita sehingga wanita tidak lagi dapat melakukan apa yang ia suka, untuk itu adanya kesetaraan antara wanita dan pria yang juga berlaku pada suatu “kepengawasan” tersebut. Hendaknya wanita tetap pada pergaulan yang sama dengan pria, tapi tetap pada koridornya, lebih aktif pada bidang yang digeluti dan tetap peduli dengan sekitarnya, maka ini menjadi keistimewaan bagi setiap wanita yang melakukannya.
0 comments:
Post a Comment