Friday, September 5, 2014

Waspada untuk Berbuah

Pada masa kini, banyak kegiatan kerohanian yang seolah-olah penggembalaan. Tapi sebenarnya dengan modus untuk mendapat dana atau uang semata. Banyak fasilitas, orang, atau kelompok yang mengatasnamakan pelayanan. Tapi ternyata tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan kelompoknya (segelintir orang saja).


Belakangan marak kita jumpai/dengar orang-orang menganggap dirinya seorang nabi, penuntun, atau pengajar yang benar. Sehingga kemudian timbul pertanyaan yang skeptis. Bagaimana kemurnian pelayanan sekarang ini? Apakah kita dan mereka bermanfaat baik bagi orang lain?


Dalam Injil Matius 7:15-23, Tuhan Yesus mengingatkan untuk waspada terhadap nabi-nabi palsu dan ajaran-ajaran palsu. Tuhan Yesus juga memberitahukan pertanda untuk mengenali mereka.


Injil Matius adalah salah satu Injil Sinoptik. Menurut tradisi gereja, Injil Matius ditulis oleh Matius, sang pemungut cukai, yang kita ketahui sebagai salah satu murid Tuhan Yesus.


Injil Matius adalah Injil Messianik yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan Tuhan. Sehingga kalau kita cermati, Injil Matius didominasi oleh penggenapan nubuat-nubuat dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Dan itulah yang menjadi keunikan Injil Matius dibanding Injil Sinoptik lainnya.


Perikop Matius 7:15-23 tersebut merupakan salah satu bagian dari Khotbah Tuhan Yesus di Bukit. Khotbah di Bukit merupakan pengajaran dan pelayanan awal Tuhan Yesus.


Pelayanan awal Tuhan Yesus tersebut dilakukan-Nya setelah Ia melalui 40 hari 40 malam berpuasa di padang gurun dan pencobaan Iblis. Tuhan Yesus ditempa.


Selanjutnya, dalam mewaspadai nabi-nabi palsu dan ajaran-ajaran palsu, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menyimak, melihat, dan memperhatikan buah-buah yang dihasilkan. Hal ini bisa kita lihat dalam ayat 16-18.


Ada aktivitas nabi-nabi palsu yang kelihatannya baik dari luar tapi tidak menghasilkan buah yang lahir. Mengatasnamakan Tuhan tapi pelayanannya tidak berbuah baik bagi sesama/orang lain.


Dalam ayat 23, Tuhan Yesus kembali menegaskan bahwa bukan orang yang memanggil “Tuhan,Tuhan” yang diselamatkan. Tapi mereka yang melakukan kehendak Tuhan. Karena hal yang esensial dari iman kita adalah disertai dengan perbuatan/tindakan.


Kita hendaknya jangan lalai melakukan tugas pokok/inti kita. Iman kita harus mewujudnyata dalam tindakan/perbuatan kita.


Kewaspadaan hendaknya senantiasa menyertai perjalanan kehidupan kita. Karena kalau kita tidak waspada, bisa jadi kita terjebak juga menjadi seperti nabi-nabi dan pengajar-pengajar palsu.


Kita harus tetap menjaga diri kita sebagai pohon yang baik dan menghasilkan buah baik di tiga medan layan kita. Kita perlu selalu mempertanyakan: Apakah suara kita lebih penting dari tindakan kita?


Melihat kehidupan Tuhan Yesus, kita bisa melihat bagaimana Tuhan Yesus ditempa/dikader dan menempa/mengkader dirinya sendiri. Kemudian Tuhan Yesus melakukan pelayanan dan pengabdian. Hal tersebut sejalan dengan Tri Panji GMKI (Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, dan Tinggi Pengabdian).


Di tengah kehidupan, kita hendaknya mengenali diri kita serta menghayati iman dan ilmu kita. Kemudian kita bergerak dengan aset dan kemampuan kita masing-masing.


Akhirnya, marilah kita terus waspada dan berbuah! 








---------------------------------------------------------------------------------------- 
Tulisan ini merupakan hasil diskusi dalam Ibadah Pendalaman Alkitab (PA) GMKI Cabang Yogyakarta tanggal 4 September 2014. Di Student Centre (SC) GMKI Cabang Yogyakarta, Samirono Baru 54, Yogyakarta.
Robert Umbu Rangu (Ketua Bidang Organisasi, BPC GMKI Yogyakarta Masa Bakti 2014-2016) sebagai pelayan Firman Tuhan.

0 comments:

Post a Comment