Sunday, May 19, 2013

Korupsi dan Kekuasaan yang Jahat


(Mikha 7:1-9)
        
         Mikha hidup pada zaman Yotam. Namanya berarti “siapakah yang seperti Yahweh”. Dialah nabi paling pertama yang menubuatkan Bait Allah dan Yerusalem akan hancur. Dia juga bisa dikatakan murid dari nabi Yesaya.
Dalam perikop ayat tersebut, nabi Mikha menyampaikan teguran Allah terhadap Israel. Terutama tentang keadilan dan kasih yang hilang.
Dalam ayat 3, orang Israel dikatakan sudah cekatan berbuat jahat. Pemimpin dan penegak hukum menyalahgunakan kekuasaan/wewenang (korupsi) untuk mempermainkan hukum. Sedangkan dalam ayat 5-6, Mikha menggambarkan bahwa kasih hilang dari kehidupan pergaulan orang-orang Israel. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Namun, di tengah kemorosotan moral bangsa Israel tersebut, Mikha masih mempunyai harapan yang besar kepada Allah. Ia yakin bahwa keadilan dan terang Allah akan hadir dalam dunia.
Lebih lanjut, jika kita lihat keadaan bangsa Israel yang ada dalam perikop ayat tersebut, keadaan tersebut rasanya sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia saat ini. Indonesia saat ini diwarnai dengan penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) dan kekuasaan yang “jahat”.
Lalu, timbul beberapa pertanyaan terkait kondisi tersebut. Yakni: Apakah akar masalah dari kemerosotan moral tersebut terutama dalam konteks negara Indonesia? Apa yang harus dilakukan pemuda Indonesia?

Akar Kemerosotan Moral dan Kontribusi Pemuda
Ada beberapa penyebab atau akar dari kemerosotan moral yang terjadi. Keserakahan bisa menjadi salah satu akar/penyebab terjadinya kejahatan. Dimana keserakahan bisa timbul dari diri sendiri serta didukung oleh lingkungan dan sistem yang ada.
Sebagai pemuda Indonesia khususnya pemuda kristiani, kita hendaknya bisa bersikap/memiliki integritas seperti yang telah Tuhan Yesus ajarkan. Yakni: tulus hati, rendah hati, lapar dan haus akan kebenaran, suci hati, sikap rela menderita, dan lain-lain.
Sikap moral yang baik tersebut seharusnya juga bukan cuma di pikiran tapi dalam hati dan perbuatan. Seperti dalam Tri Panji GMKI (Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian), imanlah yang mendasari semua itu.
Selain keserakahan yang ada, kebiasaan-kebiasaan lama yang buruk merupakan akar dari kemerosotan moral yang ada (bandingkan ayat 1). Hal ini bisa kita lihat dari sejak kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa (penyalahgunaan kekuasaan). Hitler juga pernah mengatakan bahwa kesalahan yang diulang-ulang lama kelamaan akan menjadi dibiarkan dan malah bisa menjadi suatu kebenaran.
Karena itu, kita harus membangun kebiasaan yang baru. Pengamat politik sendiri pernah berasumsi bahwa saat seseorang terjun dalam politik, ia berada dalam dua pilihan. Tetap jujur melawan arus atau ikut arus. Hendaknya kita mau dan mampu melawan arus yang buruk dan jahat (bandingkan ayat 5).
Jika kita melihat ayat 4 dan 9 dari perikop ayat tersebut dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), kita diingatkan dan ditegur untuk tidak membiarkan korupsi dan kekuasaan yang jahat (kemerosotan moral) terus terjadi. Karena dosa tersebut akan bisa mendatangkan hukuman dan kemarahan Allah yang menimpa bangsa kita.
Dengan kata lain, kita harus mengingatkan dan menjadi teladan. Dalam Perjanjian Baru disebutkan juga bahwa jika kita tahu apa yang benar dan membiarkan orang lain berbuat salah, kita ikut berdosa juga (bandingkan Yakobus 4:17).
Jika dikaitkan dengan konteks Indonesia, Pancasila sebagai ideologi dasar Indonesia bisa dikaitkan dengan tugas dan fungsi kita menjadi teladan dalam berbuat baik. Pancasila bisa dikaitkan juga dengan Tri Panji GMKI melalui sila-sila yang ada. Dan Pancasila bisa dikaitkan juga dengan Hukum Kasih (kasih kepada Tuhan dan sesama manusia).
Mari kita sebagai pemuda kristiani Indonesia menjadi teladan baik dengan pemahaman kebenaran Alkitab dan nilai-nilai Pancasila yang baik dan benar! GBU. UOUS





* Hasil diskusi Ibadah Pendalaman Alkitab (PA) GMKI Cabang Yogyakarta tanggal 15 Mei 2013. Bertempat di SC GMKI Cabang Yogyakarta. Dilayani oleh Johanis Umbu S. Anakaka (Kabid PKK GMKI Cabang Yogyakarta MB 2011-2013)

0 comments:

Post a Comment