Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Sunday, June 1, 2014

Kepemimpinan Berintegritas

    Di era teknologi modern saat ini, jejaring sosial dan gadget  menjadi sesuatu yang tidak asing bagi kita. Hampir semua orang pun memilikinya sekarang.


    Itu semua adalah pengaruh-pengaruh yang dibawa dari orang asing atau luar negeri. Mereka menanamkan atau berinvestasi. Namun bagaimana sikap kita? Apakah kita sudah bertanggungjawab dalam memanfaatkannya?


    Dalam  1 Korintus 6:12-20, perikop Firman Tuhan tersebut berkaitan dengan Kepemimpinan yang Berintegritas. Tak selamanya apa yang dilihat oleh manusia adalah yang akan Tuhan pakai dan pilih. Tapi Tuhan melihat ketulusan hati.


    Ada beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan oleh seorang pemimpin yang berintegritas:
1.  Apakah sesuatu berguna bagi kehidupan kita?
     Setiap orang diciptakan sebagai pemimpin. Namun dalam perjalanannya, tidak sedikit orang yang kurang/tidak berhasil menjadi pemimpin. Karena terlena dengan hal-hal yang tidak berguna/bermanfaat dan tidak membantunya untuk bertumbuh.


2.  Apakah kita diperhamba oleh sesuatu (olehnya)?
     Sebagai manusia, kita semua memiliki suatu pemikiran “atuiti”. Yakni pemikiran yang berusaha menirukan sesuatu yang kita lihat. Termasuk dalam memanfaatkan teknologi.
     Perkembangan gadget  yang makin maju seringkali memicu kemerosotan moral. Sehingga perlu kita tekankan: Apakah kita diperhamba oleh teknologi dan apapun itu?


3.  Apakah menjadi batu sandungan bagi orang lain?
     Melalui 1 Korintus 8:12-13, kita diingatkan bahwa kalau kita merusak keyakinan (menjadi batu sandungan) orang lain, maka kita berdosa kepada Kristus. Sementara itu, Daging bermakna kecukupan akan kebutuhan makanan.
     Kita sering berusaha mencukupkan kebutuhan dan keinginan diri kita sendiri. Tapi seolah tidak memikirkan orang lain. Hendaknya kita mempertanyakan: Apakah upaya kita melukai orang lain?
     Kita harus mengingat bahwa tidak ada orang yang bisa hidup sendirian. Dan apa yang kita lakukan akan ditiru orang lain juga. Sehingga kita harus berpikir panjang dan luas.


4.  Apakah sesuatu/ini memuliakan Allah?
     Melalui 1 Korintus 10:31, kita diingatkan untuk melakukan apapun untuk memuliakan Allah. GMKI pun berusaha untuk terus menghidupi tujuan utama tersebut.
     Melalui 1 Yohanes 1:9, kita pun diingatkan tentang prestasi lahiriah. Seorang pemimpin harus hidup kudus di depan orang lain secara nyata. Tidak perlu omong besar dan berkoar-koar.
     Cukup dengan apa yang kita lakukan. Apakah bisa menjadi contoh? Dan yang terpenting adalah kerendahan hati. Seperti Daniel yang tetap rendah hati meskipun ia mendapat jabatan yang tinggi.
     Menyimak Yesaya 42:8, kita mendapati orang-orang di Perjanjian Lama nyata-nyata diberkati dengan bisa bertemu langsung dan berkomunikasi langsung dengan Tuhan. Tapi mereka sombong dan dihukum Tuhan.
     Tuhan membenci kecongkakan. Dan kita sebagai orang yang sudah ditebus Tuhan, apa yang sudah dan akan kita lakukan? Apalagi sebagai pemimpin?
     Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah ditebus-Nya, kita sebaiknya dan seharusnya tidak menjadi congkak. Dan berusaha mewujudkan kemanfaatan bagi orang lain.
     Untuk memimpin, kita terlebih dahulu harus bisa memimpin diri sendiri. Memang tantangan dan ujiannya berat. Pengaruh negatif bisa muncul dari diri sendiri dan orang lain.
     Misalnya: aura jahat, suasana hati yang tidak tentram, kemalasan, kebiasaan menunda, prioritas yang salah, dan lain-lain.


5.  Seorang pemimpin harus cepat mengambil keputusan
     Ada tiga tahap/tipe seseorang dalam berpikir dan mengambil keputusan. Yakni:
a.  Analytical: berdasar/menggunakan analisis
b.  Intituitive: berdasar/menggunakan intuisi yang dibangun dari pengalaman
c.  Blank Spot: saat seseorang menghadapi situasi tanpa pengalaman dan pengetahuan

    Selanjutnya, dalam mengambil keputusan secara rasional, minimal harus ada dua dari tiga nilai (value) berikut yang perlu kita pikirkan:
a.  Biaya
b.  Waktu
c.  Kualitas

    Kita perlu memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini dalam mengambil keputusan dan bertingkah laku:
-Apakah yang kita lakukan diperkenan Allah, dibolehkan Allah, dibiarkan Allah, diberkati Allah, atau malah dikutuk Allah?
-Apakah membuat nama Tuhan dipermuliakan?
-Apakah membuat manusia menjadi makin manusiawi?
-Apakah membuat alam/lingkungan lestari?


     Akhirnya, mari kita menjadi pribadi yang memiliki spiritualitas, integritas, dan profesionalitas!
     Mari kita menjadi pemimpin yang memiliki spiritualitas, integritas, dan profesionalitas!
     Ut Omnes Unum Sint!





-----------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini merupakan hasil diskusi ibadah Pendalaman Alkitab (PA) GMKI Yogyakarta 29 Mei 2014.
PA tersebut dilakukan di Student Centre GMKI Yogyakarta, Samirono Baru 54, Yogyakarta.
Edy Kristanto (anggota GMKI Yogyakarta dari kampus STAK Marturia) sebagai pelayan Firman Tuhan.