Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Tuesday, September 17, 2013

Cinta Uang itu...?

Ada istilah dalam bahasa Inggris: Love is blind (Cinta itu Buta). Karena ada kecenderungan kita akan melakukan apapun untuk hal yang kita cintai. Tapi kalau kita sudah cinta uang, kita akan bermasalah.

Dalam 1 Timotius 6:10 tertulis bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Mengapa? Sebenarnya tidak ada yang salah dengan uang, tetapi akan menimbulkan masalah jika orang menjadi cinta uang. Biasanya hati seseorang melekat pada apa yang dicintainya. Karena itu Yesus pernah mengatakan, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada,” (Matius 6:21).

Jika hati sudah melekat pada uang, maka uang akan mendapat prioritas utama dalam hidup. Dia akan menggantikan kedudukan Tuhan di dalam hati. Jika uang sudah bertakhta dalam hati seseorang, maka orang tersebut akan menjadi pelayan bagi uang itu sendiri. Sehingga bisa dikatakan bahwa orang yang sangat mencintai uang cenderung mengesampingkan iman dan lebih mengejar harta duniawi.

Yang menjadi sumber persoalannya bukan jumlah uang yang kita miliki. Tapi hasrat hati kita yang tak pernah merasa cukup.

Orang yang cinta uang juga memiliki kecenderungan untuk tidak mau berbagi. Uang kita hendaknya menjadi berkat untuk memberkati orang lain. Bukan malah untuk terlalu memikirkan kepentingan pribadi tanpa kepedulian.

Dalam sebuah forum Sekolah Perubahan yang digagas beberapa pegiat ekonomi kerakyatan, ada seorang ibu bekerja memasok ikan. Dia memperoleh keuntungan besar.

Uniknya dia memiliki pemahaman ekonomi yang berbagi. Dia membentuk kelompok tani untuk saluran dana bantuan kepada para petani. Dia berbuat demikian karena takut akan Tuhan.

Melalui Surat 1 Timotius, Rasul Paulus memberikan nasehat untuk Timotius yang melayani jemaat Efesus (Surat Penggembalaan). Namun juga bisa juga memberikan peringatan bagi kita. Dimana secara garis besar tentang bagaimana menjadi saksi Kristus yang benar.

Dalam pasalnya yang ke-6, Rasul Paulus menasehatkan untuk tidak terlalu mencintai uang dan untuk berbagi. Nasehat tersebut ditempatkan dalam konteks bahwa sebagian jemaat cenderung memiliki hasrat yang berlebihan untuk menjadi kaya pada waktu itu. Pada dasarnya, menjadi kaya bukanlah suatu masalah, tetapi hasrat yang berlebihan akan membuat orang gelap mata dan menghalalkan segala cara.

Tampaknya, budaya yang berkembang dalam kehidupan sosial jemaat pada waktu itu telah melenceng dari ajaran Firman Tuhan. Sikap kedengkian, fitnah, saling curiga, dan pertikaian karena orang-orang telah kehilangan akal sehat. Ditambah lagi, jemaat melaksanakan Firman Tuhan diiringi dengan giatnya memperoleh keuntungan material. Mereka bahkan mengharapkan keuntungan material dari ibadah itu sendiri. Seluruh aktivitas keagamaan harus menjadi bagian dari upaya mendatangkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya.

Karena itu, tepat sekali jika Rasul Paulus menyebut mereka ini adalah orang-orang yang cinta uang. Bukan berarti kita tidak butuh uang. Namun Paulus hendak mengajarkan akan sikap yang pantas terhadap barang milik. Kita hendaknya mengubah orientasi serta manajemen kebutuhan kita akan uang. Kita harus paham kebutuhan kita dan memilih prioritas kebutuhan kita. Kita harus mencukupkan diri dan tidak berlebihan.

Di dalam GMKI, kita punya aset. Sebagai orang yang aktif di dalam GMKI, kita harus membatasi kepentingan orang yang “cinta uang”. Kita harus mau dan mampu menjaga nilai kesejarahan perjuangan.

Akhirnya, Jangan biarkan uang mengontrol hidup kita! Tapi berusahalah agar kita mampu mengontrol uang kita.






------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini merupakan hasil diskusi dalam Ibadah Pendalaman Alkitab (PA) GMKI Cabang Yogyakarta tanggal 12 September 2013. Bertempat di Student Centre (SC) GMKI Cabang Yogyakarta, Wisma Immanuel, Samirono Baru 54.
Bahan diskusi diambil dari buku Spiritualitas GMKI Edisi Juli-Desember 2013. Dilayani oleh Robert Umbu Rangu (Sekfung Organisasi-BPC GMKI Cabang Yogyakarta MB. 2011-2013).