Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Friday, July 26, 2013

Menjadi Maria,Menjadi Marta

Ada seorang penginjil yang mengkritik penginjilan melalui aksi sosial (seperti yang dilakukan GMKI dan gereja Katolik) serta menghendaki penginjilan langsung. Padahal sebenarnya penginjilan melalui aksi sosial juga diperlukan untuk daerah-daerah tertentu yang belum terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam perikop Injil Lukas 10:38-42 dan Yohanes 11, Maria dan Marta sama-sama dekat dengan Tuhan Yesus. Perbedaannya bisa kita lihat Yohanes 11:32 “Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."
Maria lebih memilih dekat dengan Tuhan Yesus untuk duduk diam dan mendengarkan/berbicara dengan Tuhan Yesus. Sedangkan Marta melayani dalam pekerjaan rumah tangga (kemungkinan menyiapkan makanan dan minuman).
Jika kita cermati Lukas 10:39b, kita mendapati bahwa Maria lebih serius dengan mencari kebenaran dan Kerajaan Sorga dari Tuhan Yesus. Maria pernah meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Ada semacam ketulusan hati Maria.
Dalam konteks budaya Yahudi, konteks budaya Indonesia, atau konteks budaya universal yang “paternalistik”; apa yang dilakukan Marta nampaknya sudah benar. Sebagai nyonya rumah atau pemilik rumah, tentu ia akan melayani tamunya dengan baik. Tapi anehnya Tuhan Yesus menegur Marta. Mengapa Tuhan Yesus menegurnya?
Dari perkataan yang diucapkan Marta, kita bisa mendapati suatu ekspresi mengeluh terhadap apa yang diperbuat oleh Maria, saudaranya.
Selain itu, Marta sibuk sekali melayani (Lukas 10:40 dalam bahasa Yunani “perispaƍ” dan dalam terjemahan ESV “distracted”). Sehingga ia menjadi tidak fokus dengan pelayanannya.
Berkaca dengan kisah Maria dan Marta tersebut, bagaimanakah dengan diri pribadi kita dan pelayanan kita?
Bagaimanapun sibuknya kita hendaknya kita kembali dekat dengan Tuhan. Ada waktu kita untuk kita mendengar Tuhan dan ada waktu kita untuk berbuat/berpelayanan.
      Marilah kita memiliki hati seperti Maria di dunia Marta. Menjadi Maria dan Menjadi Marta.