Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Saturday, July 20, 2013

Benarkah Kita adalah Anak-Anak Allah?

            Setiap orang Kristen pasti mengaku sebagai anak-anak Allah. Tapi benarkah setiap orang Kristen adalah anak-anak Allah? Bagaimana sebenarnya seseorang pantas disebut sebagai anak-anak Allah?
Dalam Roma 8:14, Alkitab mencatat bahwa semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah. Jadi orang yang tidak dipimpin oleh Roh Allah berarti bukan anak Allah. Kata “dipimpin” dalam teks aslinya adalah “agontai” dari akar kata ”ago” yang sebenarnya lebih berarti dibawa (to bring; to carry) atau dimotori (to drive).
Dalam Kejadian 6:13, dituliskan juga tentang anak-anak Allah. Pada waktu itu, manusia dibagai dalam dua kelompok besar. Yaitu keturunan Kain dan keturunan Set (pengganti Habel yang telah dibunuh oleh Kain). Keturunan Kain adalah keturunan orang-orang yang pola hidupnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, poligami, balas dendam, dan lain sebagainya (Kejadian 4:17-26). Keturunan Kain tidak hidup dalam pimpinan Roh Tuhan, di pihak lain ternyata Tuhan masih menopang keturunan Set dengan menaruh Roh-Nya di dalam diri mereka (Kejadian 6:3).
Kemudian hari ternyata keturunan Set (anak-anak Allah) melakukan kawin campur dengan keturunan Kain (anak Manusia). Mereka hidup dalam “keinginan daging” dan perbuatan mereka semata-mata melukai hati Tuhan (Kejadian 6:5-6). Sehingga Roh Tuhan undur dari kehidupan manusia. Sejak itu, tidak ada manusia yang pantas disebut sebagai anak-anak Allah.
Pada zaman anugerah ini, Tuhan Allah membuka kesempatan manusia untuk menjadi anak-anak Allah. Yaitu hidup dalam pimpinan Roh Allah. Lalu siapakah anak-anak Allah dalam konteks zaman anugerah ini (Perjanjian Baru)?

1.  Orang yang menerima dan percaya Tuhan Yesus (Beriman di dalam Yesus Kristus) (Yohanes 1:12, Galatia 3:26).
Kata “menerima” dalam bahasa aslinya adalah “elabon” dari akar kata “lambano” yang selain berarti “menerima” (to accept), juga berarti berpegang tetap (to get hold of). Untuk menerima Dia dengan sungguh-sungguh, seseorang harus mengenal Dia secara lengkap dan utuh seluruh keberadaan-Nya yang tertulis di dalam Injil. Menerima Tuhan Yesus harus merupakan sebuah sikap yang terus menerus.
Dalam Yohanes 1:12, tertulis juga “semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah”. Kuasa itu dari teks aslinya “exousia” yang artinya hak istimewa yang membuat seseorang memiliki fasilitas untuk bisa menjadi anak Allah. Jadi kuasa itu tidak otomatis membuat seorang Kristen menjadi anak Allah. Tetapi kuasa itu diberikan supaya menjadi anak Allah. Jadi kalau seseorang tidak memanfaatkan kuasa atau hak itu, maka seseorang tidak pernah menjadi anak Allah. Menjadi anak Allah berarti berkarakter seperti Allah; Like father like son.

2.  Orang yang memiliki dan dipimpin oleh Roh Allah/Roh Kudus/Roh Penghibur (Roma 8:14-21, Yohanes 16:7, 1 Yohanes 3:2).

3.  Orang yang membawa damai, mengasihi semua orang, ikhlas dalam berbuat sesuatu, dan berbuat kebenaran disertai dengan ucapan syukur (Matius 5:9, Lukas 6:35, 1 Yohanes 3:10).

Setelah kita merenungkan kebenaran Firman Tuhan tersebut, hendaknya kita juga merefleksikannya pada kehidupan kita secara khusus dan kehidupan GMKI secara umum. Kita hendaknya menyadari dan merenungkan bagaimana pengertian/makna anak-anak Allah. Jangan lagi kita memahami secara eksklusif dan menimbulkan kesombongan. Kita hendaknya hidup layaknya cerminan diri/citra Allah sebagai Bapa kita. Kita hendaknya meneladani Tuhan Yesus dalam perbuatan dan hidup keseharian.
Selain itu, GMKI mempunyai visi untuk mewujudkan shallom Allah. Kita sebagai anggota dari GMKI hendaknya selalu berusaha mencapai visi melalui kehidupan kita. Kita juga hendaknya selalu berusaha untuk mewujudkan/mencapai Tri Panji GMKI (Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian). Semuanya itu demi mencapai citra sebagai anak Allah.
Mari berproses bersama untuk menjadi anak-anak Allah yang sesungguhnya!










Tulisan ini merupakan hasil diskusi dalam Ibadah Pendalaman Alkitab (PA) GMKI Cabang Yogyakarta tanggal 18 Juli 2013. Bertempat di Student Centre GMKI Yogyakarta, Wisma Immanuel, Samirono Baru 54, Yogyakarta. Dipandu oleh Christian Apri Wijaya (Sekfung Infokom, BPC GMKI Yogyakarta MB. 2011-2013). Dihadiri oleh anggota GMKI Cabang Yogyakarta, BPC GMKI Cabang Yogyakarta MB 2011-1013, Korwil 5-PP GMKI MB 2012-2014, dan Kabid OR-PP GMKI MB 2012-2014.