Setiap
orang Kristen pasti mengaku sebagai anak-anak Allah. Tapi benarkah setiap orang
Kristen adalah anak-anak Allah? Bagaimana sebenarnya seseorang pantas disebut
sebagai anak-anak Allah?
Dalam
Roma 8:14, Alkitab mencatat bahwa semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah
adalah anak Allah. Jadi orang yang tidak dipimpin oleh Roh Allah berarti bukan
anak Allah. Kata “dipimpin” dalam teks aslinya adalah “agontai” dari akar kata
”ago” yang sebenarnya lebih berarti dibawa (to
bring; to carry) atau dimotori (to
drive).
Dalam
Kejadian 6:13, dituliskan juga tentang anak-anak Allah. Pada waktu itu, manusia
dibagai dalam dua kelompok besar. Yaitu keturunan Kain dan keturunan Set
(pengganti Habel yang telah dibunuh oleh Kain). Keturunan Kain adalah keturunan
orang-orang yang pola hidupnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, poligami,
balas dendam, dan lain sebagainya (Kejadian 4:17-26). Keturunan Kain tidak
hidup dalam pimpinan Roh Tuhan, di pihak lain ternyata Tuhan masih menopang
keturunan Set dengan menaruh Roh-Nya di dalam diri mereka (Kejadian 6:3).
Kemudian
hari ternyata keturunan Set (anak-anak Allah) melakukan kawin campur dengan
keturunan Kain (anak Manusia). Mereka hidup dalam “keinginan daging” dan
perbuatan mereka semata-mata melukai hati Tuhan (Kejadian 6:5-6). Sehingga Roh
Tuhan undur dari kehidupan manusia. Sejak itu, tidak ada manusia yang pantas
disebut sebagai anak-anak Allah.
Pada
zaman anugerah ini, Tuhan Allah membuka kesempatan manusia untuk menjadi
anak-anak Allah. Yaitu hidup dalam pimpinan Roh Allah. Lalu siapakah anak-anak
Allah dalam konteks zaman anugerah ini (Perjanjian Baru)?
1. Orang
yang menerima dan percaya Tuhan Yesus (Beriman di dalam Yesus Kristus) (Yohanes
1:12, Galatia 3:26).
Kata
“menerima” dalam bahasa aslinya adalah “elabon” dari akar kata “lambano” yang
selain berarti “menerima” (to accept),
juga berarti berpegang tetap (to get hold
of). Untuk menerima Dia dengan sungguh-sungguh, seseorang harus mengenal
Dia secara lengkap dan utuh seluruh keberadaan-Nya yang tertulis di dalam
Injil. Menerima Tuhan Yesus harus merupakan sebuah sikap yang terus menerus.
Dalam
Yohanes 1:12, tertulis juga
“semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah”.
Kuasa itu dari teks aslinya “exousia” yang artinya hak istimewa yang membuat
seseorang memiliki fasilitas untuk bisa menjadi anak Allah. Jadi kuasa itu
tidak otomatis membuat seorang Kristen menjadi anak Allah. Tetapi kuasa itu
diberikan supaya menjadi anak Allah. Jadi kalau seseorang tidak memanfaatkan
kuasa atau hak itu, maka seseorang tidak pernah menjadi anak Allah. Menjadi
anak Allah berarti berkarakter seperti Allah; Like father like son.
2. Orang
yang memiliki dan dipimpin oleh Roh Allah/Roh Kudus/Roh Penghibur (Roma
8:14-21, Yohanes 16:7, 1 Yohanes 3:2).
3. Orang
yang membawa damai, mengasihi semua orang, ikhlas dalam berbuat sesuatu, dan
berbuat kebenaran disertai dengan ucapan syukur (Matius 5:9, Lukas 6:35, 1
Yohanes 3:10).
Setelah
kita merenungkan kebenaran Firman Tuhan tersebut, hendaknya kita juga merefleksikannya
pada kehidupan kita secara khusus dan kehidupan GMKI secara umum. Kita
hendaknya menyadari dan merenungkan bagaimana pengertian/makna anak-anak Allah.
Jangan lagi kita memahami secara eksklusif dan menimbulkan kesombongan. Kita
hendaknya hidup layaknya cerminan diri/citra Allah sebagai Bapa kita. Kita
hendaknya meneladani Tuhan Yesus dalam perbuatan dan hidup keseharian.
Selain
itu, GMKI mempunyai visi untuk mewujudkan shallom Allah. Kita sebagai anggota
dari GMKI hendaknya selalu berusaha mencapai visi melalui kehidupan kita. Kita
juga hendaknya selalu berusaha untuk mewujudkan/mencapai Tri Panji GMKI (Tinggi
Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian). Semuanya itu demi mencapai citra sebagai
anak Allah.
Mari
berproses bersama untuk menjadi anak-anak Allah yang sesungguhnya!
Tulisan ini merupakan hasil
diskusi dalam Ibadah Pendalaman Alkitab (PA) GMKI Cabang Yogyakarta tanggal 18
Juli 2013. Bertempat di Student Centre
GMKI Yogyakarta, Wisma Immanuel, Samirono Baru 54, Yogyakarta. Dipandu oleh
Christian Apri Wijaya (Sekfung Infokom, BPC GMKI Yogyakarta MB. 2011-2013).
Dihadiri oleh anggota GMKI Cabang Yogyakarta, BPC GMKI Cabang Yogyakarta MB
2011-1013, Korwil 5-PP GMKI MB 2012-2014, dan Kabid OR-PP GMKI MB 2012-2014.