Papan Nama SC GMKI Yogyakarta

Menyambut setiap orang yang datang ^^

Drama Paskah,

Sebuah Kreasi Refleksi Iman

Suasana setelah Diskusi,

SC Masih tetap Ramai

Proses Membasuh Kaki,

Simbol Pelayanan dan Penyambutan kepada Anggota Baru GMKI

Sidang Pleno 1 BPC 2011-2013,

Forum Pembahasan Program Cabang

Pelatihan Appreciative Inquiry,

Melatih untuk Bergerak dengan Aset!

Pelatihan Kemampuan Dasar Berorganisasi,

Bekal Perserta dalam Berorganisasi

Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Forum Pembahasan Nasional GMKI

Delegasi Kongres GMKI ke-33 di Manado,

Pejuang dan Penyumbang Pemikiran

Usaha Dana Kaos GMKI,

Kreasi Pengumpulan Dana untuk Kebutuhan Delegasi Kongres ke-33

Kecab Palembang-Kecab Jogja,

Keluarga dalam Tuhan dan GMKI

Berkunjung ke Rumah Senior,

Upaya untuk Menjaga Relasi

Stand Expo Pergerakan di FT UGM

Upaya Pengenalan dan Aksi Pelayanan Perguruan Tinggi

Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM,

Bentuk Aksi Pelayanan Masyarakat dari GMKI

Refleksi dan Ziarah Hari Pahlawan,

Upaya Mengenang dan Membangkitkan Semangat Para Pahlawan

Tuesday, May 7, 2013

PRESS RELEASE GERAKAN MONJALI, 2 MEI 2013


GERAKAN MONJALI (MENOLAK DIJAJAH KEMBALI)

(GMNI YOGYAKARTA, PMII SLEMAN, PMII DIY, HMI YOGYAKARTA, GMKI YOGYAKARTA, PMKRI YOGYAKARTA, AM UNY, IMM DIY, FMN DIY, LPM EKSPRESI)

PRESS RELEASE

                Silang sengkarut dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini berawal dari sebuah problem mendasar  yang sudah sangat akut: liberalisasi pendidikan. Saat ini, pendidikan yang dibangun oleh pemerintah adalah pendidikan yang berjiwa liberal, yang sangat mengutamakan prinsip individualistik. Akibatnya sistem berikut ritus-ritus maupun perangkat pendidikan yang dibangun juga menjadi melenceng dari falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Dan lagi-lagi, ralyat pada umumnya menjadi korban.
                Pendidikanyang bersifat liberal menuntun kepada komersialisasi, kastanisasi, dan juga eksklusifitas. Pendidikan tidak lagi bisa diakses oleh semua rakyat. Kualitas pendidikan menjadi tidak merata, dengan persebaran mutu pendidikan hanya pada kota-kota tertentu.
Kebijakan pemerintah juga bersifat top-down, seakan membuang aspek-aspek lokalitas yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah. Akibatnya banyak putra-putri bangsa yang seharusnya sebagai generasi penerus justru tersisih karena terbatasnya akses untuk meraih pendidikan yang mereka kehendaki. Inilah dampak nyata jika pendidikan yang seharusnya sebagai media pencerdasan kehidupan bangsa, telah berubah menjadi bagian dari rantai ekonomi sektor jasa.
Negara dalam hal ini terkesan absen dalam tugasnya pada rakyat. Kurikulum pendidikan seperti dipaksakan, dan sangat berbau politis. Ujian Nasional (UN) 2013 menjadi sangat kacau, dan untuk kesekian kalinya peserta didik itu sendiri yang menjadi korban. Amanah dari rakyat bahwa anggaran negara untuk pendidikan sebanyak 20% belum terwujud, sehingga ada kesan pemerintah enggan serius menggarap pendidikan. Biaya yang diperlukan rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak akhirnya menjadi semakin tinggi, dibuktikan dengan rencana Uang Kuliah Tunggal (UKT) di tingkat universitas yang akan diberlakukan dalam waktu dekat. Akhirnya rakyat sendiri yang tersingkir dalam persoalan ini.
Karena itu, dalam rangka upaya perlawanan terhadap liberalisasi pendidikan sebagai musuh utama bangsa ini, maka kami dari Gerakan Monjali (Menolak Dijajah kembali) menuntu kepada Pemerintah Republik Indonesia berikut setiap jajaran kerja yang terkait untuk:
1.       Wujudkan pendidikan yang bisa diakses oleh semua rakyat tanpa terkecuali sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945
2.       Hapuskan Ujian Nasional
3.       Hapuskan Kurikulum 2013
4.       Wujudkan pendidikan nasional yang berbasis pada lokalitas
5.       Usut tuntas kasus kacaunya proses Ujian Nasional 2013 dan hukum bagi siapapun yang bersalah
6.       Hapuskan Uang Kuliah Tunggal
7.       Realisasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD tanpa ada korupsi dan penyelewengan; dan
8.       Cabut UU No. 7 tahun 1994