Suasana Aula 3 - Sekretariat Cabang
(SC) Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Yogyakarta saat sore hari
hingga hampir tengah malam hari itu, 28 Februari 2012, terasa cukup berbeda.
Suasana yang hening sepi terpecahkan dengan aktivitas pelatihan mahasiswa saat
itu.
Pelatihan yang membahas tentang “Appreciative Inquiry” tersebut diikuti
oleh sekitar 20 orang peserta. Yang terdiri dari beberapa pengurus GMKI Cabang
Yogyakarta masa bakti 2011 – 2013, anggota GMKI Cabang Yogyakarta, anggota
Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL)
Yogyakarta, dan anggota HIMERY. Serta berlangsung.
Pelatihan tersebut merupakan salah
satu acara pertama yang diadakan oleh Badan Pengurus Cabang (BPC) GMKI Yogyakarta
setelah mereka dilantik (pada tanggal 18 Februari 2012). Serta merupakan hasil kerjasama antara GMKI Cabang Yogyakarta
dengan kak Yeanne (pendeta mahasiswa Yogyakarta) dan kak Martha Hebi (senior
GMKI Cabang Yogyakarta yang sekaligus sebagai fasilitator pelatihan).
Selain itu, materi pelatihan tersebut
cukup penting bagi para pegiat atau pengurus organisasi apapun. Terutama bagi
BPC GMKI Yogyakarta yang baru saja dilantik untuk menghadapi Sidang Pleno
Pengurus yang pertama. Dimana para BPC akan mendiskusikan serta menetapkan tentang
program kerja cabang hingga dua tahun ke depan.
Dari Aset ke Program
Aset yang dimiliki oleh suatu
organisasi merupakan pondasi awal dari pembahasan pelatihan tersebut. Dimana
aset tersebut tak harus berupa hal- hal yang besar atau rumit dan mahal. Aset
yang kelihatan sepele pun turut dibahas dalam pelatihan tersebut.
Pelatihan yang lebih bersifat
partisipatif tersebut diisi dengan pemberian materi singkat, tugas individu,
dan tugas kelompok oleh fasilitator. Dimana para peserta diajak berpikir
positif. Yakni dengan mendasarkan dan memanfaatkan aset yang ada untuk mencapai
visi organisasi.
Aset yang dimiliki oleh suatu
organisasi dipetakan menjadi beberapa macam/ jenis. Yakni aset fisik, aset
sosial, aset sumber daya manusia (SDM) dan lain- lain. Serta kesemuanya
mempengaruhi setiap aktivitas organisasi tersebut.
Setelah memetakan dan mengidentifikasi
aset yang dimiliki organisasinya masing- masing, para peserta diajak untuk memikirkan
cita- cita atau mimpi untuk organisasinya dalam kelompok. Bukan hanya itu, para
peserta juga diajak untuk memvisualisasikannya
melalui gambar- gambar di sebuah kertas besar untuk dipresentasikan. Dan kertas
yang telah diberi (ditempeli) gambar- gambar visualisasi mimpi tersebut disebut
sebagai Papan Visi (Vision Board).
Melalui refleksi papan visi (Vision Board) organisasi yang telah
dibuat, peserta kemudian merancang atau mendesain rencana program kerja yang lebih
detail. Dimana rencana program kerja tersebut dilengkapi dengan orang- orang
yang berperan sebagai penanggung jawab (koordinator). Sehingga mimpi organisasi
yang terwujud dalam program kerja tersebut akan mudah dilaksanakan dan
dipelihara.
Akhirnya, mari kita buang paradigma pengembangan
organisasi yang berlandaskan pada kekurangan saja! Bergeraklah dengan aset yang
kita dan organisasi kita miliki!
Christian
Apri Wijaya
0 comments:
Post a Comment