Saturday, March 3, 2012

PIDATO PELANTIKAN BPC GMKI YOGYAKARTA PERIODE 2011-2013


Syalom!
1.    Kepada Yth Ibu Pendeta Lidia K Tandirerung,  M.Th
2.    Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2010-2012
3.    Ketua PGI- W Yogyakarta atau Yang Mewakili
4.    Ketua BKS PGI –GMKI Lokal Yogyakarta
5.    Senior Members/Friends GMKI Yogyakarta
6.    Pimpinan Lembaga Gereja Se-DIY
7.    Ketua-Ketua Lembaga Pelayanan Pemuda Kristen Se- DIY
8.    BPC Demisioner  GMKI Yogyakarta Masa Bakti 2009-2011
9.    BPC GMKI Yogyakarta Masa Bakti 2011-2013
10.  Panitia Dies Natalies Ke 62 dan Pelantikan BPC  GMKI Yogyakarta 
11.  Pimpinan Organisasa  Gerakan Kepemudaan dan Mahasiswa Se-DIY
12.  Tamu Undangan 
13.  Pihak-pihak yang tidak sempat kami menyebutkan

Salam damai sejahtra bagi kita sekalian !!!
Pertama-tama mari kita panjat Syukur  kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberikan berkat dan penyertaan sehingga kita bisa bertemu pada kesempataan berbahagia ini yaitu Perayaan  Dies Natalis GMKI yang ke- 62 tahun dan Pelantikan BPC GMKI  Masa Bakti 2011-2013.
Momentum Dies Natalis yang ke - 62 tahun  kali ini mengajak kita untuk dapat merefleksikan kembali sejarah berdirinya GMKI serta  peran dalam aksi dan pelayanannya untuk mewujudkan Nasionalisme dan Oikumenisme di Bangsa Indonesia tercinta ini.  
62 tahun  GMKI lahir, bertumbuh,  berkembang serta memulai  memasuki masa konsolidasi saat ini, secara  usia disadari memang  sudah cukup senja ukuran usia manusia, namun kehadiran GMKI secara spirit pelayanan  Menghadirkan Syallom Allah Di tengah-tengah kehidupan ini lah menjadi landasan dasar organisasi ini tetap tumbuh dan  eksis melewati berbagai  fase dan saman perjuangannya. Keterpanggilan dan pengutusan GMKI mewujudkan dan menghadirkan  Syalom ALLAH, di tengah-tengah  pergumulan bangsa dan negara Indonesai, ini disadari bukanlah pekerjaan dan pelayanan yang mudah, oleh karena itu tentunya membutuhkan tuntunan dan pengawalan yang secara substansi agar dapat mewujudkan visi dan misinya dalam menjawab tantangan zaman saat ini.  
Forum Konperensi Cabang  GMKI Yogyakarta Tahun 2011 telah di lalui. Dinamika dan problematika merupakan tolak ukur untuk periode berikutnya, kondisi organisasi yang sudah tidak di pungkiri lagi, mengalami  degradasi baik di tingkat nasional maupun tingkat lokal. Namun GMKI Cabang Yogyakarta  masih mampu melaksanakan fungsinya   sebagai organisasi pengkaderan yaitu dengan adanya proses pergantian pengurus,  melalui pergantian ini tentunya kita masih di berikan harapan baru, tentang apa dan bagaimana kita kedepannya, QUO VADIS GMKI ? ini masih menjadi pertanyaan yang sampai hari ini belum bisa di jawab, oleh karena itu peran serta segenap civitas GMKI dalam mewujudkan pelayanannya di tiga medan layannya merupakan kebutuhan yang mendasar sehingga dapat  mewujudkan output kader yang benar-benar Populis dalam hal ini  mampu hidup memposisikan diri atau perjuangan atas keberpihakan kepada kaum yang tertindas.
Realitas kehidupan saat ini masih ditandai oleh berbagai fenomena ketidakadilan yang menuntut sikap dan keterlibatan kita. Di antaranya, fenomena globalisasi yang menyentuh seluruh aspek kehidupan umat manusia tanpa kecuali. Di bidang politik, terjadi euforia demokrasi, sehingga format demokrasi Indonesia menjadi ambigu. Demokrasi liberal seperti kebebasan berideologi dan berorganisasi, kebebasan pers, kebebasan berpendapat benar-benar dijamin. Tapi sayangnya ini tidak diimbangi dengan rasionalitas politik rakyat.
Respon terhadap kooptasi mono-polar ideologi  memunculkannya  fenomena lain, seperti menguatnya fundamentalisme dan radikalisme. Fundamentalisme merupakan realitas sosiologi-historis yang sangat kompleks dan lahir dari rahim rasisme, nasionalisme dan juga agama. Karena itu fundamentalisme hadir sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap globalisasi. Di depan kita fundamentalisme agama hadir dengan pencarian akan identitas dan kenangan akan masa lampau yang gilang-gemilang dengan cara-cara mengancam, meneror dan menekan. Menguatnya politik identitas ini menampilkan suatu wajah politik sektarian dan paradigma kawan-lawan. la hadir dalam bentuk pengingkaran terhadap kemajemukan bangsa dan perasaan superior terhadap identitas kultural lainnya, bahkan lewat cara-cara kekerasaan dan tak manusiawi. Terorisme, penutupan paksa rumah-rumah ibadah serta sikap ekslusif dan ketidakinginan untuk berdialog dengan pihak lain. Ini tentu saja menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa.


Saudara- saudara yang berbahagia
Pada kesempatan ini perkenankan saya atas nama seluruh badan pengurus cabang yang baru dilantik mengucapkan terima kasih kepada segenap anggota GMKI cab. Yogyakarta dan  pengurus pusat  yang telah memberikan kepercayaan kepada kami, untuk melanjutkan kepengurusan ini dengan berbagai potensi dan tantangan yang ada di dalamnya, kami mengimani bahwa tanggung jawab pelayanan ini semata-mata dari Tuhan sehingga di balik rasa bangga atas kepercayaan ini merupakan wujud dari tanggug jawab serta komitmen  kami dalam melaksanakan tugas tanggung jawab yang besar, oleh sebab itu hanya dengan dasar motivasi pelayanan untuk mewujudkan syalom allah di tengah-tengah dunia ini, maka dari itu dari itu kami siap melanjutkan roda organisasi yang kita cintai.
Saudara-saudara yang berbahagia.
Pergumulan GMKI Cabang Yogyakarta sebagai aktualisasi menjawab tuntutan   Tema dan Sub Tema yang mana merupakan jawaban atas kondisi  internal dan ekternal organisasi maka atas dasar pemikiran inilah kami menyampaikan beberapa pooko-pokok pikiran sebagai refleksi.
1.       Belum maksimalnya penataan organisasi  dengan pengembangan dan pemantapan sumber daya strategis seluruh komponen organisasi (Pengurus Pusat, badan Pengurus Cabang, senior members/ friends)
2.      Memaksimalkan Pola Pembinaan anggota dilakukan meningkatkan pembinaan dan kaderisasi kepemimpinan peningkatan spiritualitas keimanan anggota dan peningkatan kemajuan studi.
3.      Refleksi dan  aksi partisipasi dilaksanakan sebagai usaha untuk meningkatkan peran dan partisipasi organisasi dalam mewujudnyatakan penguatan solidaritas kemanusiaan dan mempejuangkan demokrasi substansial menuju persatuan Indonesia yang berkeadilan dan bermartabat. Demikian juga dalam gereja dan Perguruan Tinggi. Selanjutnta neoliberalisme merupakan bentuk penjajahan baru, harus dipandang sebagai musuh bersama dan harus dilakukan perlawanan. Melawan mega sistem itulah bagaian dari harapan untuk menciptakan tatanan yang berkeadilan dan bermartabat disegala aspek kehidupan.
4.      Pola pengembangan  sarana komunikasi yang berbasis Teknologi dalam hal ini IT yang dapat menunjang keberlangsungan organisasi dan juga  sarana penunjang seperti perpustakaan dalam era globalisasi dan juga tantangan zaman yang makin kompleks.  
5.      Belum terjalinnya hubungan yang ideal dengan gereja sebagaimana GMKI merupakan anak kandung gereja, GMKI belum dapat mengambil hati orang tuanya yaitu gereja, demikian juga sebaliknya ada beberapa geraja yang belum mengetahui keberadaan GMKI itu sendiri, sering dianggap GMKI merupakan organisasi politik sedangkan dalam anggaran Dasar GMKI sudah di tegaskan bahwa GMKI adalah organisasi yang bersifat gerejawi dan tidak merupakan organisasi politik manapun. Oleh karena itu perlu di tinjau kembali akan keberadaan GMKI sebagai salah satu wadah pengkaderan bagi generasi penerus.
6.      Ironi memang ketika di tengah-tengah keanekaragaman dan kekayaan sumber daya alam, Indonesia masih dilanda kemiskinan, apalagi pola implementasi dan pendekatan pembangunan Indonesia sarat dengan paradigma neoliberalisme. Dengan paradigma yang demikian, telah nyata pula ketimpangan ekonomi antara yang kaya dan miskin sangat tinggi. Sistem yang timpang dalam tata kelola negara ialah buah dominasi kapitalisme global kontemporer dan merupakan sejarah kelam sejarah dunia. Kondisi ini sekaligus menunjukkan pola-pola penjajahan baru telah dan akan berlangsung.
7.      Supernasi hukum semakin jauh dari yang diharapkan, dimana hal ini diindikasikan dari semakin sulit serta tidak pernah tuntasnya penyelesaian berbagai kasus di masyarakat. Sebagai salah satu produk politik reformasi Indonesia, supremasi hukum saat ini dikooptasi oleh kekuasaan politik yang menyebabkan hukum kehilangan wibawanya di depan kebijakan politik negara. Intervensi kekuasaan terhadap hukum telah nengakibatkan hukum menjadi tidak independen dan kehilangan legitimasinya.Indonesia sernentara berhadapan dengan degradasi nilai-nilai kebangsaan.
8.      Nasionalisme Indonesia berhadapan dengan melemahnya nation and character building diakibatkan mcnguatnya scmangat primordialismc, scktarian, dan etnonasionalisme tokal. Pada titik ini integrasi kebangsaan dipertaruhkan termasuk eksistensi Indonesia sebagai Negara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan nilai-nilai luhurnya yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 45, karena kecenderungan akumulasi beragam persoalan kedaerahan harus disadari ktisis itu justru terjadi sebagai implikasi arus globalisasi (kapitalisme global) yang menghantam sendi-sendi hidup kebangsaan.
9.      kapatalisme masih menjadi isu besar, pengaruhnya terhadap budaya masyarakat masih berdampak, menyebabkan sikap konsumtif, instan dan individualistik, sehingga menghimpit potensi rakyat, sebab berbagai kebijakan yang digariskan oleh pemerintah tidak lagi mengabdi pada kepentingan publik,

saudara-saudara yang berbahagia
Kami menyadari banyak hal yang belum dapat kami sampaikan secara konprehensif pada sambutan ini, namun kiranya secara garis besar keseluruhan aktifitas organisasi dan rekleksi perjalanan GMKI yang ke 62 tahun  ini sudah tercover daam sambuatan ini. Oleh karena segala keterbatasan yang ada pada kami, kami memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan tersebut. Perubahan itu dapat terwujud ketika adanya kesadaran dan komitmen dari apa yang menjadi tujuan bersama, latar belakang GMKI itu berdiri seperti apa, ini adalah sebuah pergumulan kita selaku civitas GMKI. Sebagai badan pengurus cabang yang baru tentunya kami senantiasa mengharapkan dukungan dan dorongan dari semua yang terkait, secara jujur kami tidak terlalu banyak menjanjikan kehebatan-kehebatan apa yang akan kami berikan untuk organisasi kita ini selama dua tahun mendatang, namun yang jelas semangat dan langkah kami senantiasa di jiwai di bawah terang Thema “   Jadilah berhikmat! Berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan “(Amsal 8:1-21).
Dengan Sub-Thema: “Mendorong Solidaritas Bangsa Untuk Memperjuangkan Kebenaran, Keadilan dan Kesejahteraan Dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia Secara Bermartabat.”
Pada akhirnya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dengan harapan untuk senantiasa berjalan pada jalan kebenaran di tengah –tengah keadilan dalam mewujudkan SYALOM ALLAH. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pendeta,  Pimpinan Institusi  Gereja-gereja, Lembaga Keumatan Kristiani, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Kristiani, Pengurus BKS PGI-GMKI Lokal Yogyakarta, Ibu Pendeta Mahasiswa, Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2010-2012, BPC GMKI Yogyakarta Masa Bakti 2009-2011,  Senior Members/ Friends, Rekan-rekan Pimpinan Organisasi Gerakan Pemuda dan Mahasiswa, Panitia Dies Natalis dan Pelantikan,  Segenap Anggota serta semua pihak yang telah ikut membantu  dan hadir pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih. Kiranya jalinan kerja sama dan persaudaraan saat ini  dapat terus berlanjut untuk masa-masa mendatang. Akhirnya DIRGAHAYU GMKI ke 62, kiranya Tuhan Yesus Sang Kepala Gerakan selalu Memberkati kita semua.Tinggilah Iman Mu,Tinggilah Ilmu Mu,Tinggilah Pengabdian Mu.
Ut Omnes Unum Sint!!                                                               Yogyakarta 18 pebruari 2012
Ketua Cabang GMKI Yogyakarta
Masa Bakti 2011-2013

Gloriansi U.H. Deta

0 comments:

Post a Comment